BerikutIni yang merupakan Bukti bahwa Kerajaan Sriwijaya merupakan Kerajaan Maritim ditunjukkan oleh Nomor. A. 1,2,3 B. 1,3,5 C. 1,4,5 D. 2,3,4 E. 3,4,5. Jawaban: C. 1,4,5. 14. Sriwijaya berkembang menjadi pelabuhan transit yang ramai disinggahi kapal asing untuk mengambil air minum dan mengisi perbekalan makanan serta melakukan aktivitas
Sebagiansumber menyebut Islam datang di kawasan ini sejak abad ke-13 M. Bukti keberadaan makam Sultan Malik as-Shalih di Aceh Utara menyebutkan tahun wafatnya, yaitu Ramadhan 696 H/1297 M. Namun, teori lainnya berpandangan Islam hadir di wilayah Sumatra sejak abad ketujuh M. Seiring perkembangan waktu, Islamisasi menghasilkan peradaban yang kuat.
Berikutjawaban yang paling benar dari pertanyaan: Perhatikan gambar berikut!Ciri makhluk hidup berkembang biak dan bergerak ditunjukkan oleh nomor? I dan II; I dan III; II dan IV; III dan IV; 0; Jawaban: D. III dan IV. Menurut Variansi.com, perhatikan gambar berikut!ciri makhluk hidup berkembang biak dan bergerak ditunjukkan oleh nomor iii dan iv.
Olehsebab itu wawancara terhadap orang yang representative untuk suatu persolan adalah penting untuk mengungkapkan sejumlah dimensi yang menjadi fokus penelitian wawancara dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana pengembangan nilai-nilai mutu oleh kepala madrasah ibtidaiyah di Bandar Lampung sudah diapressiasi dan
Tanahtanah Alkaff yang luas di Singapura itu dibeli paksa oleh PM Lee Kuan Yew dengan harga sangat murah. Kairo. Madrasah ini memiliki 1.200 murid dari TK sampai SLTA. Di madrasah ini pemerintah Singapura yang sekuler mengizinkan para siswinya untuk berjilbab, dan prianya berkopiah hitam. -1275 M atau tahun 670-675 H. Sebenarnya Islam
Kotaini diapit oleh dua laut, Laut Tengah dan Laut Hitam, dengan ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut. Kota yang di dirikan diatas stepa Anatolia ini adalah salah satu kota yang paling menarik di Turki. Salah satu museum paling populer di kota ini adalah Green Mausoleum of Mevlana Celaleddin Rumi, makam penyair Turki terkemuka.
7rqBp4. PembahasanBerikut ini adalah negara-negara yang ditunjukkan oleh gambar pada soal. Jepang negara maju Malaysia negara berkembang Thailand negara berkembang Korea Selatan negara maju India negara berkembang Singapura negara maju Berdasarkan penjelasan tersebut, maka jawaban yang tepat ditunjukkan oleh nomor 1, 4, dan 6. Jadi, jawaban yang tepat adalah ini adalah negara-negara yang ditunjukkan oleh gambar pada soal. Jepang negara maju Malaysia negara berkembang Thailand negara berkembang Korea Selatan negara maju India negara berkembang Singapura negara maju Berdasarkan penjelasan tersebut, maka jawaban yang tepat ditunjukkan oleh nomor 1, 4, dan 6. Jadi, jawaban yang tepat adalah D.
Program Studi Banding Edu-trip adalah program visiting education ke sekolah-sekolah yang berada di negara Singapura, yang dikenal sebagai salah satu negara termaju dalam bidang pendidikan di Asia Tenggara. Dalam Program edu-trip kita akan mempelajari model pendidikan madrasah-madrasah di Singapura, mengetahui visi misi sekolah, bagaimana kurikulum, metode pembelajaran dan lain-lain. Kita juga dapat mempelajari bagaimana kedisiplinan warga di kota Singapura. Program Wisata Program lainnya adalah kunjungn-kunjungan ke tempat bersejarah city tour seperti National Museum of Singapore, How Par Villa, Sultan Mosque, Kampung Arab, Bugis street, China Town, Patung Merlion, Singapore River, Sentosa Island. Waktu 4-6 April 2016 Biaya * tiket pesawat PP, Hotel, Transportasi, Breakfast and Dinner *Membayar DP di Bulan Januari dan Ready Passport Profil Madrasah Madrasah Madrasah Irsyad Zuhri Al-Islamiyah Madrasah Madrasah Irsyad Zuhri Al-Islamiyah adalah lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan MUIS Majelis Ugama Islam Singapura yang menerapkan pendidikan islam dengan metode pembelajaran akƟf serta pemanfaatan teknologi sebagai bagian pendidikannya. Didirikan pada tahun 1947 oleh Kyai Haji Ahmad Zuhri, seorang ulama yang berdakwa di Singapura, Madrasah Irsyad Zuhri Al-Islamiyah berkembang menjadi pusat pendidikan Islam yang menggabungkan pendidikan Islam, pendidikan sekuler, Bahasa Arab dan penggunaan teknologi terkini. Pada tahun 2009 Madrasah Irsyad Zuhri Islamiyah diakui dalam jurnal “The 500 Most InfluenƟal Muslims” sebagai Model Sekolah masa depan karena keberhasilannya menjalankan pendidikan yang imbang antara pendidikan agama dan pendidikan sekuler dengan model pendidikan yang progresif. Madrasah al-Junied al-Islamiyah Terletak di Jalan Victoria Lane 30 Singapura. Lembaga ini merupakan sekolah Islam tertua keƟga di Singapura setelah Madrasah al-Sagaff dan al-Arabiyah. Madrasah al-Juneid didirikan oleh Syeid Abdur Rahman bin Umar bin Junied bin Ali al-Juneid pada tahun 1927 di atas tanah wakaf dari kakeknya, Syeid Umar bin Ali al-Juneid. Saat ini, kurikulum pendidikan yang dijalankan di Madrasah al-Junied al-Islamiyah merupakan kurikulum yang mengedepankan pendidikan agama Islam dan Bahasa Arab yang digabungkan dengan pendidikan umum sesuai standar kementrian pendidikan Singapura. Kurikulum agama yang dijalankan berkiblat pada pendidikan di Univ. Al Azhar Mesir. Pembelajaran mengenai materi keilmuan umum di Madrasah al-Junied al-Islamiyah di integrasikan dengan materi keilmuan agama yang berarƟ kajian-kajian keilmuan umum seperƟ biologi, fisika dan kajian keilmuan lainnya dihubungkan dengan kajian yang bersumber dari Qur’an dan Sunnah. Jadwal Perjalanan Contact Person Rahmawati 0812-9697-9262 Ita 0852-1190-6237 Kesep 08157888-7491
Religion schools in Singapore called madrasah. It was established by scholars who generously donating land and buildings for the purpose of Islamic education to Muslims who are a minority in Singapore. This article aims to identify how the management of religious schools or implemented Islamic Education in Singapore to ensure the continuity of Islamic education to Muslims. The method of collecting data are using open interviews to the administrative Madrasah Division and Mosque Division in the Islamic Religious Council of Singapore MUIS and from other sources. In Singapore, all schools should be established under the supervision and control by the Islamic Religious Council of Singapore. There are three types of religious schools in Singapore- full-time Madrasah, part-time Madrasah and public Islamic Education. The curriculum used by full-time madrasahs called Azhari curriculum and also used national curriculum. Part time Madrasah conducted in the mosque using aLive curriculum which is part of the implementation of the program of Singapore Islamic Education SIES. Private Madrasah implemented part-time tuition and build their own curriculum mainly to study the Quran and Fardhu Ain. While NGOs only serves as a pillar of the implementation of Islamic education to the community through activities and religious education classes. Keywords Islamic Religious School, Management of Education, Islamic Education System Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free SISTEM PENDIDIKAN ISLAM SEKOLAH AGAMA MADRASAH DI SINGAPURA Islamic Education System at Religious School Madrasah in Singapore Oleh Nor Raudah Hj Siren* Azrin Ab Majid** Syed Muhd Khairuddin Aljunied*** Abstrak Sekolah Agama di Singapura disebut madrasah. Ia ditubuhkan oleh ulama yang bermurah hati untuk mewakafkan tanah dan bangunan untuk tujuan pendidikan Islam kepada masyarakat Islam yang merupakan golongan minoriti di Singapura. Artikel ini bertujuan untuk mengenalpasti bagaimana pengurusan sekolah agama rakyat atau disebut madrasah dilaksanakan di Singapura bagi memastikan kelangsungan pendidikan Islam kepada masyarakat Islam. Pengumpulan data menggunakan temubual terbuka kepada pentadbiran bahagian Madrasah dan bahagian masjid di Majlis Ugama Islam Singapura MUIS untuk mendapatkan maklumat tentang pengurusan madrasah di samping memperolehi maklumat dari pelbagai sumber yang lain. Di Singapura, semua madrasah yang ditubuhkan perlu di bawah pengawasan dan kawalan Majlis Ugama Islam Singapura MUIS. Terdapat tiga jenis sekolah agama di Singapura iaitu madrasah sepenuh masa, madrasah separuh masa dan pengajian umum. Kurikulum yang digunakan oleh madrasah sepenuh masa ialah kurikulum azhari dan kurikulum kebangsaan. Madrasah separuh masa yang dijalankan di masjid menggunakan kurikulum aLIVE iaitu sebahagian dari pelaksanaan program Singapore Islamic Education of Singapore SIES. Madrasah swasta pula menjalankan aktiviti pendidikan Islam secara tusyen dan separuh masa denan membina kurikulum sendiri terutama untuk pengajian al-Quran dan Fardu Ain. Manakala NGO hanya berfungsi sebagai pendokong kepada pelaksanaan pendidikan Islam kepada masyarakat melalui aktiviti dakwah dan kelas-kelas pengajian agama. Kata Kunci Madrasah, Sekolah Agama, Pengurusan Pendidikan, Sistem Pendidikan Islam Abstract Religion schools in Singapore called madrasah. It was established by scholars who generously donating land and buildings for the purpose of Islamic education to Muslims who are a minority in Singapore. This article aims to identify how the management of religious schools or implemented Islamic Education in Singapore to ensure the continuity of Islamic education to Muslims. The method of collecting data are using open interviews to the administrative Madrasah Division and Mosque Division in the Islamic Religious Council of Singapore MUIS and from other sources. In Singapore, all schools should be established under the supervision and control by the Islamic Religious Council of Singapore. There are three types of religious schools in Singapore- full-time Madrasah, part-time Madrasah and public Islamic Education. The curriculum used by full-time madrasahs called Azhari curriculum and also used national curriculum. Part time Madrasah conducted in the mosque using aLive curriculum which is part of the implementation of the program of Singapore Islamic Education SIES. Private Madrasah implemented part-time tuition and build their own curriculum mainly to study the Quran and Fardhu Ain. While NGOs only serves as a pillar of the implementation of Islamic education to the community through activities and religious education classes. Keywords Islamic Religious School, Management of Education, Islamic Education System * Nor Raudah Hj Siren merupakan Pensyarah Kanan di Jabatan Dakwah dan Pembangunan Insan, Akademi Pengajian Islam Universiti Malaya, Kuala Lumpur. E-mail raudah68 ** Azrin Ab Majid merupakan pelajar PhD di Jabatan Dakwah dan Pembangunan Insan, Akademi Pengajian Islam Universiti Malaya, Kuala Lumpur. *** Syed Muhd Khairuddin Aljunied merupakan Profesor Madya di Jabatan Pengajian Melayu Department of Malay Studies, Fakulti Sastera dan Sosial Sains Faculty of Arts and Science Social, National University of Singapore. Email mlsasmk Jurnal al-Tamaddun Bil 9 2 2014, 17-28 Pendahuluan Masyarakat Islam di Singapura merupakan golongan minoriti. Data pada tahun 2010 mengatakan penduduk muslim yang berusia 15 tahun ke atas di Singapura berjumlah 457,435 orang iaitu 8,332 orang berbangsa Cina, 382,017 orang berbangsa Melayu, 57,546 orang berbangsa India dan 9,540 orang lain-lain bangsa1. Sebahagian besar muslim di Singapura bermazhab Syafie, sebahagiannya bermazhab Hanafi dan terdapat kelompok muslim Syiah2. Sejarah perkembangan Islam di Singapura bermula pada abad ke-19 dengan dua kelompok migran yang berasal dari dalam dan luar wilayah. Migran dari dalam wilayah berasal dari Jawa, Sumatera, Sulawesi, Riau dan Bawean. Kelompok ini dikenali sebagai etnik Melayu. Kelompok dari luar wilayah pula menjadi dua kelompok penting iaitu India Muslim yang berasal dari Pantai Timur dan Pantai Selatan India manakala satu lagi ialah keturunan Arab Hadramaut3. Kelompok migran dari luar wilayah ini secara umumnya dari golongan muslim yang kaya dan terdidik sehingga membentuk kelompok elit sosial dan ekonomi di Singapura. Mereka mempelopori perkembangan pusat pendidikan dan penerbitan muslim. Mereka juga menjadi penyumbang dana terbesar untuk pembangunan masjid, lembaga pendidikan dan organisasi sosial Islam yang lain. Di antara mereka dikenali dengan keluarga al-Sagof, al-Kaff dan al-Juneid. Selain itu, mereka juga mengahwini penduduk Melayu di Singapura. Perkahwinan campur Arab- Melayu telah mewujudkan bangsa Arab-Melayu. Perkahwinan imigran muslim India pula mewujudkan bangsa Jawi Peranakan. Kemunculan heterogony penduduk Muslim Singapura ini melambatkan proses asimilasi kemelayuan tetapi mewujudkan komuniti Muslim4. Kedatangan imigran secara besar-besaran ini telah menjadikan Singapura sebagai pusat perdagangan dan pusat informasi dan dakwah Islam. Pada awal perkembangan Islam, masyarakat Asia Tenggara khususnya di Singapura terikat dengan pengajaran tasawuf yang diminati oleh para ulama tempatan dan raja-raja Melayu. Kumpulan tarekat sufi terbesar di Singapura hingga kini ialah Tariqat Alawiyyah di Masjid Ba’lawi di bawah pimpinan Syed Hasan Bin Muhammad bin Salim al-Attas. Selain itu terdapat juga tarekat al-Qadiriyyah wa al-Naqshabandiyyah yang berpusat di Geylang Road di bawah kelolaan Persatuan Taman Pengajian Islam PERPTAPIS. Tarekat yang lain ialah al-Shaziliyyah, al-Idrisiyyah, al-Darqawiyyah dan al-Rifa’iyyah5. Di bawah sistem pendidikan yang pesat di Singapura, penekanan dan keutamaan penggunaan bahasa Inggeris sebagai bahasa wajib di sekolah-sekolah pada tahun 1980, telah menjadikan bahasa Inggeris sebagai bahasa perantaraan masyarakat Singapura dan disokong pula dengan percampuran etnik melalui pembangunan perumahan. Pada tahun 1887 seramai 143 warga Muslim Singapura telah menghantar petisyen kepada Gabenor untuk melantik kadi bagi urusan perkahwinan umat Islam. Penetapan Ordinan Perkahwinan Umat Islam Mahomedan Marriage Ordinance 1890 memperlihatkan kolonial Inggeris hanya melihat agama Islam dalam soal perkahwinan dan perceraian sahaja6. Setelah Singapura merdeka pada tahun 1965, The Administration of Muslim Law Act AMLA telah dibentuk. Lembaga ini dibahaskan di Parlimen pada 13 Disember 1965, dan menjadi undang-undang 1Department of Statistics, Ministry of Trade and Industry, Singapore, bertarikh 11 September 2014 2 Sharon Siddique dan Taufik Abdullah 1986 Islam and Society in Southeast Asia, Singapore ISEAS, hal. 390 3 Ibid, hal. 391 4 Sharon Siddique and Taufik Abdullah 1989, Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara, Jakarta Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial, hal. 391 5 Munzir Hitami, Dr 2006 Sejarah Islam Asia Tenggara, Pekanbaru Alaf Riau, hal. 32 6 Sharon Siddique and Taufik Abdullah 1989, hal. Sistem Pendidikan Islam Sekolah Agama Madrasah di Singapura 19 pada 25 Ogos 1966. Akta ini memberikan ruang yang fleksibel bagi Dewan Agama Islam, Pengadilan Agama dan Pencatat Perkahwinan Islam dalam menetapkan hukum syariah. Pada tahun 1966 AMLA mencadangkan pembentukan Majlis Ugama Islam Singapura - Islamic Religious Council of Singapore MUIS sebagai satu badan agama bagi menjadi penasihat Presiden Singapura dalam hal berkaitan dengan agama Islam di Singapura. Pelantikan pertama anggota MUIS dilakukan pada tahun 1968. Bersama dengan Pengadilan Syariah dan Pencatat Perkahwinan Islam, MUIS merupakan pusat pembangunan Muslim di Singapura. Tugas MUIS ialah memantau dan melaksanakan kegiatan Islam di Singapura seperti mengeluarkan sijil halal, menetapkan waktu solat dan menguruskan pernikahan dan perceraian secara Islam. Selain itu, MUIS juga berperanan dalam urusan pengelolaan zakat, infaq, sedekah dan wakaf ZIS Wakaf. Hal ini bagi menjaga amanah agama Islam dan memastikan pengurusan ekonomi Islam dapat dilaksanakan untuk kemaslahatan umat Islam di Singapura. Seorang guru besar The Australian National University iaitu Milner berpendapat Singapura memiliki indikasi “jiwa Syariat” dalam kalangan Muslimnya7. Richard C. Martin 2004 pula dalam bukunya Enclycopedia of Islam and the Muslim World, mengatakan perbezaan dasar yang dapat diketengahkan antara Indonesia, Malaysia dan Singapura ialah adanya gerakan reformis yang berusaha mentranformasikan budaya dan masyarakat dan mereka berusaha untuk memperkasakan proses politik untuk mendirikan sebuah negara Islam8. Sistem Pendidikan Islam Di Singapura Sejarah awal munculnya pendidikan Islam di Singapura dikatakan berkembang sejak awal kedatangan Islam ke Singapura itu sendiri. Pendidikan Islam di Singapura disampaikan oleh para ulama yang berasal dari negeri lain di Asia Tenggara atau dari Negara Asia Barat dan dari benua kecil India. Para ulama tersebut di antaranya ialah Syaikh Khatib Minangkabau, Syaikh Tuanku Mudo Wali Aceh, Syaikh Ahmad Aminuddin Luis Bangkahulu, Syeikh Syed Usman bin Yahya bin Akil Mufti Betawi, Syaikh Habib Ali Habsyi Kwitang Jakarta, Syaikh Anwar Seribandung Palembang, Syaikh Mustafa Husain Purba Baru Tapanuli, dan Syaikh Muhammad Jamil Jaho Padang Panjang. Potensi peningkatan umat Islam mula jelas dengan pemerkasaan pendidikan di madrasah, masjid dan tertubuhnya pertubuhan bukan kerajaan NGO. Perkembangan pendidikan Islam di Singapura mula menjadi perhatian apabila Majelis Pendidikan Anak-anak Islam MENDAKI mengambil berat isu pendidikan bagi anak-anak muslim. Pemimpin Melayu Muslim berjaya menarik sokongan yang besar dalam kalangan kelompok Melayu-Muslim dan pemerintah sehingga Majelis telah bertukar menjadi Yayasan Mendaki Council for the Development of Singapore Malay/Muslim Community pada tahun 1982. Yayasan ini memberi kuasa kepada masyarakat melalui kecemerlangan dalam pendidikan dalam konteks Singapura yang terdiri dari berbilang kaum dan agama. Pada tahun 2002, Yayasan MENDAKI diselaraskan dan memberi tumpuan kepada empat bidang utama iaitu Pendidikan, Belia, Keluarga dan Pekerjaan. 30% Program MENDAKI menyasarkan penduduk Melayu/Islam dan subsidi untuk program pencegahan dan pembangunan. MENDAKI bergabung untuk saling menyokong dan mendokong dengan agensi-agensi kerajaan, sekolah, masjid, pertubuhan Melayu/Islam, majikan, pusat komuniti dan pusat MAECs, keluarga dan menjadi pusat perkhidmatan pelajar9. 7 Iik Arifin Mansurnoor dan Drs. Dadi Damadi 2002 “Minoritas Islam” dalam Ensklopedi Tematis Dunia Islam Asia Tenggara, Jakarta Ichtiar Baru Van Hoeve, hal. 464. 8 Richard C. Martin 2004 Encyclopedia of Islam and the Muslim World Volume 2 M-Z, New York Macmillan Reference USA, hal. 582 9 Yayasan Mendaki, bertarikh 11 September 2014 Jurnal al-Tamaddun Bil 9 2 2014, 17-28 Majlis Ugama Islam Singapura juga telah memainkan peranan utama dalam memantau dan mengurus perkembangan pendidikan Islam di Singapura melalui bahagian Religious Education Cluster dan Mosque and Social Development Cluster. MUIS telah membentuk kurikulum pendidikan Islam tersendiri yang disebut Singapore Islamic Education System SIES. SIES merupakan kurikulum yang dibangunkan untuk pendidikan Islam di Singapura yang dilaksanakan secara separuh masa. Ia bertujuan untuk menyediakan Muslim dari pelbagai tahap usia untuk memahami, berbangga dan mengamalkan Islam sebagai cara hidup terutama dalam menghadapi cabaran semasa. Kurikulum ini sesuai, dinamik dan menjadi satu pengalaman pembelajaran umat Islam di Singapura. Kurikulum ini menyasarkan untuk melahirkan insan yang soleh, bertakwa dan berakhlak mulia serta memahami ilmu pengetahuan tentang Islam dan mengamalkannya10. Rajah 1 Jenis Pendidikan Islam di Singapura Rajah 1 menunjukkan Singapura melaksanakan tiga jenis pendidikan Islam untuk masyarakat Islamnya iaitu pendidikan separuh masa, pendidikan sepenuh masa dan program pengajian Islam awam. 1. Pendidikan Separuh Masa Program pendidikan Islam berbentuk separuh masa dilaksanakan di masjid-masjid dan di sekolah agama swasta Private Islamic Religious School. Pelaksanaan pendidikan Islam separuh masa hanya dilaksanakan pada hujung minggu kerana kekangan waktu persekolahan kebangsaan sehingga ke waktu petang. Menurut Encik Muhammad Taufiq, “dulu pelaksanaan sekolah agama boleh dijalankan secara sepenuh masa pada waktu petang. Tetapi setelah sekolah kebangsaan melanjutkan masa pengajian hingga ke waktu petang, maka alternatif kelas hujung minggu terpaksa dilaksanakan bagi memastikan anak-anak Muslim memperolehi pendidikan Islam”11. Masjid telah diperkasakan fungsinya bukan hanya sebagai pusat ibadah bahkan telah diimarahkan dengan peranan sebagai pusat kegiatan umat Islam sebagaimana zaman Rasulullah SAW. Pada masa ini, Singapura memiliki 70 buah masjid yang menawarkan kelas untuk belajar agama dan disiplin ilmu lain dengan 27 masjid melaksanakan sistem madrasah separuh masa. Mereka memiliki sistem pengurusan masjid yang moden dan eksklusif serta memiliki sistem pengajian yang khusus. Masjid di Singapura bukan sebagai tempat ibadah sahaja bahkan telah dijadikan Pusat Pembelajaran Islam dan Pembangunan Masyarakat. Pengurusan masjid dilaksanakan secara sukarela oleh masyarakat setempat melalui Mosque Management Board MMB dengan pemantauan Mosque and Social Development Cluster, MUIS. 10 Muhammad Taufiq Arifin, Assistant Head, Madrasah Policy & Planning Strategic Unit, Majlis Ugama Islam Singapura, temubual pada 7 Mei 2014, juga terdapat dalam Majlis Ugama Islam Singapura, dan bertarikh 11 September 2014. 11 Op cit, Muhammad Taufiq Arifin, temubual pada 7 Mei 2014 Separuh masa Madrasah Masjid Madrasah Swasta Sepenuh Masa Madrasah Pengajian Islam Awam Pertubuhan Masjid Sistem Pendidikan Islam Sekolah Agama Madrasah di Singapura 21 Sekolah Islam swasta Private Islamic Religious School pula turut berfungsi mendokong dan menyokong pelaksanaan pendidikan Islam di Singapura iaitu al-Khairiah Islamic School, Madrasah at-Tahzibiah al-Islamiah dan Sekolah Ugama Radin Mas. Madrasah ini ditubuhkan atas nama syarikat dan menggunakan kurikulum diniah sendiri tumpuan Pengajian al-Quran dan Fardu Ain secara separuh masa dan dilaksanakan di hujung minggu dalam bentuk tuisyen. Sekolah ini merupakan alternatif untuk ibu bapa yang tidak memilih madrasah masjid12. Selain itu, usaha pembangunan pendidikan Islam juga digerakkan oleh Andalus Corporation. Pertubuhan yang berdaftar dengan pendaftar pertubuhan ini menawarkan kelas bimbingan nurseri, prasekolah, kanak-kanak, menengah, remaja, dewasa, tahfiz hingga peringkat diploma kepada masyarakat Islam di Singapura13. Bagi pelaksanaan pendidikan Islam di Masjid, kurikulum khas dibentuk oleh MUIS dengan memperkenalkan Singapore Islamic Education System SIES dengan memperkenalkan kurikulum aLIVE sebagaimana rajah 2 di bawah; • Kids • Tweens • Teens • Youths • 5 - 8 tahun • 9- 12 tahun • 13- 16 tahun • 17 - 20 tahun Rajah 2 Kurikulum Pendidikan Islam Separuh Masa aLIVE Berdasarkan Rajah 2, MUIS bersama kumpulannya telah memperkenalkan Mosque Madrasah dengan kurikulum aLIVE yang menyasarkan pendidikan Islam untuk awal kanak-kanak berusia 5-8 tahun Kids, kanak-kanak berusia 9 – 12 tahun Tweens, remaja berusia 13 – 16 tahun Teens dan belia berusia 17 – 20 tahun Youth. Program ini merupakan sebahagian dari program dalam Sistem Pendidikan Islam Singapura Singapore Islamic Education System- SIES. Bagi melaksanakan program ini, MUIS telah memperuntukkan dan mentadbir sendiri dana pendidikan Islamnya untuk memastikan kualiti program dan meningkatkan sistem pendidikan Islam di Singapura14. Terdapat empat mata pelajaran dalam kurikulum aLIVE iaitu Faith & Practices Akidah dan Fiqh, Character & Life Skill Akhlaq, Social & Civilisational Islam Sirah dan Tarikh dan Quranic Literacy Iqra’ dan Quran. Keempat-empat mata pelajaran ini dilaksanakan secara bersepadu mengikut tema dan tahap yang ditetapkan. Contohnya tema kejiranan akan diajar kepada pelajar tahap 2 Tweens. Melalui tema tersebut, pelajar akan diajar berdasarkan keempat-empat aspek mata pelajaran iaitu tentang aspek akidah dan fiqh, akhlaq, sirah dan ayat al-Quran yang berkait dengan aspek kejiranan menurut Islam. Pendidikan Islam separuh masa ini tidak ada peperiksaan. Pelajar difokuskan untuk memahami Islam sebagai cara hidup, teori dan amali15. 2. Pendidikan Sepenuh Masa Pendidikan sepenuh masa dilaksanakan di sekolah atau madrasah secara formal. Madrasah berasal dari perkataan Arab yang bermaksud sekolah’ atau dengan maksud sekolah agama Islam. Madrasah ini memperkenalkan sistem pendidikan Islam, mempelajari al-Quran dan al-Hadith yang dikendalikan oleh alim ulama atau dikendalikan oleh masjid. 12 Sharifah Thalha Binti Syed Haron, Eksekutif, Unit Dasar & Perancangan Madrasah, Majlis Ugama Islam Singapura, temubual pada 7 Mei 2014 13 Andalus Corporation, Bertarikh 11 September 2014 14 Op cit, Muhammad Taufiq Arifin, temubual pada 7 Mei 2014 dan lihat 15Amira Bte Abdul Rahim, Senior Executive, Youth education Stategic unit, MUIS, temubual bertarikh 7 Julai 2014. Jurnal al-Tamaddun Bil 9 2 2014, 17-28 Sistem Pendidikan Islam di Singapura pula dijalankan secara tradisional menggunakan sistem persekolahan pondok sebagaimana di Malaysia, Patani dan pesantren Indonesia. Sistem persekolahan moden pula merujuk kepada Mesir dan Barat, yang dikenali dengan nama madrasah, sekolah arab atau sekolah agama. Sistem pendidikan barat telah memperkenalkan konsep pendidikan kolonial dualisme yang telah memisahkan antara ilmu agama dengan ilmu sekular dunia, sebagaimana rajah 3, di bawah; Rajah 3 Kurikulum Madrasah Berdasarkan rajah 3 di atas, setiap madrasah memiliki kurikulum diniah yang tersendiri yang disebut sebagai kurikulum Azhari. Setiap madrasah akan membuat perjanjian dan penyemakan kurikulum diniah mereka dengan universiti-universiti di Timur Tengah. Contohnya Madrasah al-Maarif dan Madrasah Wak Tanjong telah melaksanakan penyemakan kurikulum diniah mereka ke Riyadh dan Universiti Azhar untuk tujuan kelayakan pelajar mereka menyambung pelajaran ke sana. Terdapat enam 6 kumpulan mata pelajaran diniah yang terdiri dari komponen subjek Syariah dan Usuluddin yang kesemuanya berasal dari 18 subjek Azhari. Manakala kurikulum kebangsaan menawarkan peperiksaan O Level dan A Level untuk melayakkan mereka memasuki universiti tempatan atau universiti di Malaysia seperti di Universiti Islam Antarabangsa Malaysia dan Universiti Di Madrasah al-Arabiah al-Islamiah penumpuan diberikan kepada kurikulum diniah dan kebangsaan untuk melahirkan saintis Muslim. Oleh itu, mata pelajaran sains tulen ditawarkan di samping kurikulum diniah dengan tambahan kurikulum tahfiz dan al-Quran. Madrasah al-Junied pula memberi tumpuan untuk melahirkan asatizah atau ulama. Oleh itu madrasah ini memberi tumpuan kepada subjek diniah dan menawarkan beberapa subjek kebangsaan yang utama sahaja iaitu Matematik, English dan Sains. Kesemua madrasah menawarkan pendidikan Islam sepenuh masa sejak peringkat rendah hingga peringkat A Level kecuali Madrasah al-Junied dan Madrasah al-Arabiah al-Islamiah yang hanya menawarkan pengajian ke peringkat menengah sahaja. Satu-satunya Madrasah iaitu Madrasah al-Irsyad masih menggunakan kurikulum diniah yang dibangunkan oleh MUIS untuk mengambil peperiksaan Sijil Empat Thanawi STE. Walau bagaimanapun, kurikulum tersebut sudah diurus sepenuhnya oleh madrasah tersebut tanpa campur tangan MUIS Muhammad Taufiq, 7 Mei 2014. Semua madrasah tertakluk dengan Akta Pendidikan di bawah Section 87 dan 88, Enakmen Pentadbiran Undang-undang Islam. Kawalan sekolah agama Islam diletakkan di bawah pihak MUIS. 16 Op. cit, Muhammad Taufiq Arifin, temubual pada 7 Mei 2014 •Pendidikan Islam 6 kumpulan subjek Azhari •Bahasa Arab KURIKULUM DINIAH •Matematik •Bahasa Melayu •Bahasa Inggeris •Geografi •Sejarah •Sains Aliran sains Kimia, Biologi, Fizik dan Add Math KURIKULUM KEBANGSAAN Sistem Pendidikan Islam Sekolah Agama Madrasah di Singapura 23 Madrasah ditubuhkan bagi melahirkan muslim yang berpendidikan untuk memimpin masyarakat berkaitan dengan aktiviti agama. Secara umumnya, semua kemudahan diberikan oleh kerajaan untuk kemudahan madrasah yang dibina di atas tanah wakaf. Setiap madrasah memiliki jawatankuasa pengurusan sendiri yang berdaftar di bawah Akta Pendidikan. Ahli Jawatankuasa tersebut telah berdaftar dengan Kementerian Pendidikan MOE pada setiap dua tahun dengan nasihat dari MUIS. Oleh itu, sebarang aktiviti madrasah adalah di bawah kawalan MUIS di bawah seksyen 58 dan 59, AMLA dan semua tanah wakaf diserahkan kepada MUIS dan semua aktiviti agama mesti dengan kebenaran MUIS, di bawah seksyen 87 dan 88, AMLA17. Rajah 4 Jenis madrasah sepenuh masa Terdapat enam madrasah terbesar di Singapura pada masa ini yang menjalankan pembelajaran sepenuh masa. Enam buah madrasah di Singapura diurus secara moden dan profesional berserta kelengkapan yang baik terutama sistem teknologi maklumat. Keenam-enam madrasah berada di bawah naungan MUIS dengan satu sistem pendidikan yang mempersepadukan ilmu-ilmu agama dengan ilmu-ilmu umum. Mata pelajaran yang diajar di madrasah ialah mata pelajaran pendidikan Islam diniah dan Bahasa Arab di samping mata pelajaran Berdasarkan rajah 4 di atas, terdapat dua jenis pengurusan madrasah di Singapura iaitu pengurusan sepenuhnya oleh Madrasah Lembaga Pengelola Madrasah, dan pengurusan yang dilaksanakan oleh Lembaga Pengelola Madrasah dan MUIS Joint Madrasah System. Pengurusan tiga buah madrasah iaitu madrasah Madrasah al-Maarif al-Islamiah, Madrasah Wak Tanjong al-Islamiah dan Madrasah al-Sagoff dilaksanakan oleh Lembaga Pengelola Madrasah sepenuhnya tanpa campur tangan MUIS. Peranan MUIS hanya menerima pendaftaran madrasah, memantau perkembangan dan memperolehi data dan maklumat madrasah serta menyalurkan dana kepada madrasah. Segala urusan pengurusan pentadbiran madrasah termasuk penetapan kurikulum dan pelantikan guru adalah di bawah kuasa madrasah itu Pada tahun 2008, MUIS telah memperkenalkan Joint Madrasah System JMS bagi tujuan membantu meningkatkan sistem pengurusan dan kesinambungan visi dan misi madrasah bagi melahirkan para agamawan Islam. JMS ini juga telah mewujudkan kurikulum yang komprehensif dan seimbang antara ilmu Islam dan sains moden dan pendekatan yang digunakan adalah mengikut keperluan semasa. Pada tahun 2009, tiga madrasah telah menyertai JMS ini iaitu Madrasah al-Irsyad al-Islamiah, Madrasah Aljunied al-Islamiah dan Madrasah al-Arabiah al-Islamiah apabila satu perjanjian MoU ditandatangani oleh pengurusan madrasah pada tahun 2007. JMS ini membolehkan pengurusan madrasah mendapat sumber manusia, kewangan dan info-komunikasi daripada MUIS manakala pihak 17 Op. cit, Muhammad Taufiq Arifin, temubual pada 7 Mei 2014 dan dalam Majlis Ugama Islam Singapura, bertarikh 11 September 2014 Sharifah Thalha, temubual bertarikh 7 Mei 2014 dan email bertarikh 10 Mac 2014 dan dalam http// 19 Op. cit, Muhammad Taufiq Arifin, temubual pada 7 Mei 2014 Madrasah •Madrasah al-Maarif al-Islamiah •Madrasah Wak Tanjong al-Islamiah •Madrasah al-Sagoff Joint Madrasah System •Madrasah al-Irsyad al-Islamiah •Madrasah Aljunied al-Islamiah •Madrasah al-Arabiah al-Islamiah Jurnal al-Tamaddun Bil 9 2 2014, 17-28 pengurusan madrasah memberi tumpuan kepada fungsi teras madrasah iaitu mendidik pelajar dan melahirkan pemimpin masa depan agama dan asatizah. Melalui sistem JMS ini juga, para guru madrasah akan diberi latihan perguruan trained teachers and educators di National Institute of Education NIE dengan kerjasama Akademi MUIS Sharifah Thalha, 10 Mac 2014 dan 7 Mei 2014. Pada 2003, guru madrasah telah memperolehi latihan dengan kerjasama Edith Cowan University, Western Australia. Selepas itu mendapat Latihan Khas Pengajaran dan Pembelajaran anjuran NIE-International dan MUIS. Pada masa ini, seramai 200 orang guru atau lebih 90% guru madrasah telah mendapat latihan ikhtisas perguruan. Kursus yang dilaksanakan semasa dalam perkhidmatan ini membolehkan guru-guru madrasah memiliki kemahiran perguruan. Menurut Dr Yaacob Ibrahim, Menteri Ehwal Masyarakat Islam, kerjasama madrasah untuk menghantar guru-guru mereka mampu meningkatkan mutu pendidikan di madrasah. Hal ini kerana latihan perguruan merupakan aspek yang penting dalam sistem pendidikan20. Menurut Syarifah Thalha, pada masa ini terdapat 250 orang guru madrasah di Singapura dan 200 orang daripadanya sudah memiliki ikhtisas perguruan21. Latar Belakang Madrasah a Madrasah al-Junied al-Islamiyyah Madrasah ini dibuka pada tahun 1927 oleh Sayyid Abdur Rahman bin Junied bin Umar bin Ali Aljunied, dengan dana yang diwakafkan oleh datuknya Sayyid Umar Bin Ali AlJunied, dari Palembang. Bermula dengan 10 orang pelajar, kini jumlah pelajarnya telah meningkat sehingga 1200 orang. Madrasah ini juga menerima pelajar-pelajar luar terutama Malaysia, Indonesia dan Brunei Darussalam dan pada tahun 1936 memperkenalkan kelas grooming untuk pemimpin Islam disebut “Qismut-Takhassus Fil Wa’dz Wal Irsyad” yang dikendalikan oleh Syeikh Abdurrahim Ibrahim Assamnudy dari Eqypt. Kemudian, kelas agama khas diperkenalkan pada waktu petang untuk pelajar-pelajar yang bersekolah kerajaan di waktu pagi. Pada tahun 1941, madrasah ini bertukar nama menjadi Darul Ulum Addiniyah Aljunaidiyah dan menggunakan nama asalnya kembali pada tahun 194522 . Pada tahun 60-an, mula memasukkan kurikulum perdana iaitu Bahasa Inggeris, Matematik, Sains, Geografi, Sejarah dan bahasa Melayu di samping kurikulum agama dan bahasa Arab. Integrasi kurikulum perdana dan agama ini menjadikan ibubapa yakin untuk menghantar anak-anak mereka ke Madrasah ini. b Madrasah al-Ma’arif al-Islamiah Madrasah ini didirikan pada tahun 1940-an. Pengasas madrasah ini adalah lulusan universiti al-Azhar, Mesir bertempat di Geylang, Singapura. Madrasah ini dibangunkan khas untuk pelajar perempuan sahaja dari peringkat sekolah rendah, menengah dan pra-Universiti. Sekolah ini diurus oleh Jawatankuasa Pengurusan yang anggotanya dilantik dua tahun sekali oleh Kementerian Pendidikan dengan nasihat Majlis Ugama Islam Singapura. Mata pelajaran yang ditawarkan ialah pelajaran agama Islam dan kurikulum Kementerian Pendidikan Singapura23. c Madrasah Wak Tanjong Al-Islamiyyah Madrasah Wak Tanjong Al-Islamiah ditubuhkan pada tahun 1958 oleh Ustaz Mohd Noor Bin Taib. Pada awal pembukaan menerima 100 orang pelajar dengan empat orang guru. Pada tahun 1975 telah didaftarkan dengan Kementerian Pelajaran Singapura dan jumlah pelajarnya meningkat menjadi 800 20 Berita On Suria, Singapura bertarikh 20 Februari 2014 21 Syarifah Thalha, Temubual bertarikh 7 Mei 2014 22 Madrasah Aljunied Al Islamiyyah, bertarikh 5 Mei 2014 23 Madrasah Al-Maarif Al-Islamiah, bertarikh 5 Mei 2014 Sistem Pendidikan Islam Sekolah Agama Madrasah di Singapura 25 orang dengan 38 orang kakitangan. Memiliki bangunan sekolahnya sendiri pada tahun 1993. Objektif utamanya ialah memberikan pendidikan Islam dan menyediakan pelajar untuk menjadi muslim yang baik24. d Madrasah Al-Sagoff atau Al-Saqaf Didirikan pada tahun 1912 di atas tanah yang diwaqafkan oleh Syed Muhammad bin Syed Al-Saqof. Institusi ini menawarkan pengajaran ilmu Islam, Bahasa Arab dan Bahasa Inggeris untuk masyarakat Islam Singapura. Padaa awal penubuhan hanya kanak-kanak lelaki yang mendaftar tetapi selepas kependudukan Jepun di Singapura pada tahun 1944, ramai pelajar perempuan mula mendaftar. Dua dekad kemudian, pelajar lelaki mula susut dan akhirnya menjelang tahun 1966, Pemegang Amanah Kumpulan Wang Wakaf Syed Mohamed Alsagof telah menetapkan institusi ini hanya untuk kanak-kanak perempuan sahaja. Pada tahun 1973, sekolah ini diurus pula oleh The Muslimin Trust Fund Association. Sekolah ini menyediakan pendidikan Islam untuk kanak-kanak selama enam tahun di peringkat rendah dan empat tahun di peringkat menengah. Oleh itu, di samping pendidikan Islam, sistem pendidikan kebangsaan juga turut ditawarkan untuk mengambil peperiksaan GCE O’ Level bagi melayakkan pelajar meneruskan pengajian ke peringkat tinggi25. e Madrasah al-Arabiah al-Islamiah Madrasah ini ditubuhkan pada tahun 1937 oleh pengasanya Sheikh Omar Bamadhaj di Hillside Drive di bawah pengurusan Masjid Haji Mohd Yusuff. Pada tahun 1950-an madrasah ini telah diperbadankan sebagai sebuah sekolah untuk menawarkan pendidikan agama kepada pelajar-pelajarnya. Pada tahun 1980, madrasah ini telah musnah terbakar dan Muhammadiyah Association telah mengambilalih pengurusannya lalu didaftarkan dengan MOE. Pada tahun 2008, madrasah ini telah bergabung dalam JMS Sistem Madrasah Bersama iaitu dengan dua lagi madrasah lain iaitu Madrasah Aljunied dan Madrasah Al-Irsyad Al-Islamiah Utama. Menjelang tahun 2014, madrasah ini telah menjadi sekolah menengah sepenuhnya dan akan diikuti oleh Madrasah al-Irsyad pada tahun 201526. f Madrasah Al-Irsyad Al-Islamiah Madrasah ini ditubuhkan pada tahun 1947 dengan nama Mahadul Irsyad di Jalan Hindhede. Pelajar awalnya berjumlah 50 orang dengan program pengajian al-Quran dan pengetahuan asas Islam kepada masyarakat awam. Sistem pendidikannya diambil dari negeri Johor tetapi pada tahun 1965, mula membentuk kurikulum sendiri mengikut keperluan tempatan. Sekolah ini tidak dibiayai dan terpaksa berjuang untuk mengumpul dana bagi membiayai pembangunan sekolah oleh penduduk kampung dan guru-gurunya. Pada tahun 1991, madrasah ini telah terjejas dengan pembangunan semula Bandar dan terpaksa dipindahkan ke Woodland Road dan bertukar menjadi Madrasah al-Irsyad al-Islamiah. Memberi penumpuan kepada pendidikan sekolah rendah dan mula menerima 400 pelajar dengan satu sessi pembelajaran. Madrasah ini kini telah diletakkan di bawah pengurusan MUIS dengan mengkhusus kepada pelajara agama dan kurikulum am, Kementerian Pendidikan untuk mengambil peperiksaan PSLE. Kemudian, apabila sistem MRT diperkenalkan pada tahun 1996, sekali lagi madrasah ini dipindahkan ke bangunan lama di Jalan Windstedt. Pada tahun 1998, madrasah al-Irsyad mula menerima pelajar menengahnya kerana peningkatan permintaan untuk pendidikan madrasah. Kurikulum sekolah menengahnya membolehkan pelajar 24 Madrasah Wak Tanjung Al-Islamiyyah, bertarikh 5 Mei 2014 25 Madrasah Al-Sagoff, bertarikh 6 Mei 2014 26 Madrasah Al-Arabiah Al-Islamiah, bertarikh 6 Mei 2014 Jurnal al-Tamaddun Bil 9 2 2014, 17-28 madrasah ini menduduki peperiksaan Sijil Empat Thanawi STE yang dijalankan oleh MUIS. Pada tahun 1999, kurikulum sekolah rendah pula mengalami perubahan dengan mengajar Bahasa Melayu dan bukan Bahasa Arab. Pada tahun 2003, Kementerian Pendidikan telah melaksanakan Akta Pendidikan Wajib yang perlu menduduki PSLE. Lantaran itu, al-Irsyad dengan bantuan MUIS menjadi madrasah pertama memperkenalkan kurikulum agama bersepadu untuk sekolah rendah dan menggunakan Bahasa Inggeris sebagai Bahasa pengantar. Pada tahun 2009, madrasah ini dipindahkan ke Hab Islam Singapura hingga kini dengan kemudahan yang lengkap seperti makmal sains, perpustakaan, makmal komputer, kantin dan padang bola sepak27. 3. Pengajian Islam Awam Perkembangan Islam di Singapura memperlihatkan peningkatan dengan tertubuhnya lembaga-lembaga Islam yang lain. Lembaga Swadaya Masyarakat Islam LSM merupakan NGO yang bergabung untuk kepentingan kemajuan komuniti muslim di Singapura. Penglibatan pertubuhan bukan kerajaan NGO dalam perkembangan pendidikan Islam memperlihatkan kesungguhan masyarakat Islam di Singapura untuk mengangkat martabat pendidikan Islam, walau dalam keadaan yang terhad dan kekangan sebagai sebuah agama minoriti dalam negara sekular. Walau bagaimanapun, penglibatan NGO dalam sistem pendidikan Islam di Singapura hanya sebagai pendokong dan kesinambungan dakwah Islam untuk masyarakat awam sahaja. Contohnya, di Darul Arqam, program pendidikan Islam yang dilaksanakan khas untuk masyarakat yang mahu memeluk Islam dan baru memeluk Islam. Dengan itu, modul yang diperkenalkan hanya sesuai untuk sasaran mereka28 manakala NGO yang lain seperti Persatuan Pemuda Islam Singapura pula menubuhkan kelas tuisyen, kindergarten, pre-school dan childcare untuk memastikan kanak-kanak Islam mendapat pendidikan Islam yang sewajarnya sejak kecil29. Pengajian Islam Awam juga dijalankan untuk masyarakat awam pada hujung minggu iaitu kelas fardu ain, kelas Bahasa Arab, kelas untuk Muslimah, kelas Haji dan Ummah, dan kelas al-Quran. Terdapat juga masjid-masjid yang melaksanakan pengajian Islam untuk masyarakat awam seperti Darul Quran, Darul Hadith, Darul Fiqh, Pemikiran Islam Masa Kini, pemikir-pemikir Islam dan sebagainya. Selain itu masjid juga melaksanakan Mosque Kindergarten dan Religious Queries Service. Dana Pendidikan Islam Oleh kerana, Islam merupakan agama bagi masyarakat minoriti, maka tiada sebarang peruntukan kewangan dari pihak kerajaan Singapura. Walau bagaimanapun MUIS telah mengambil peranan untuk membantu madrasah bagi memastikan pendidikan Islam terus berkembang dengan baik di Singapura. Melalui Dana Madrasah, MUIS telah menerima sumbangan dari syarikat mahupun individu dalam bentuk sedekah harian atau potongan bank bulanan atau zakat setiap tahun yang dikhaskan untuk membantu madrasah. Melalui dana tersebut, MUIS akan mengagihkan kepada semua madrasah untuk tujuan pembangunan. Agihan dilaksanakan berdasarkan perkapita pelajar secara one-off dan terpulanglah kepada pihak madrasah untuk menggunakannya sama ada untuk membayar elaun guru, melaksanakan pembangunan atau latihan guru, melaksanakan program madrasah, mahupun untuk membangunkan prasarana madrasah. Jumlah peruntukan pula bergantung kepada jumlah dana yang terkumpul30. 27 Madrasah Al-Irsyad, bertarikh 6 Mei 2014 28Darul Arqam, bertarikh 6 Mei 2014 29Persatuan Pemuda Islam Singapura, bertarikh 8 Mei 2014 Muhammad Taufiq, temubual bertarikh 7 Mei 2014 dan dalam Majlis Ugama Islam Singapura, bertarikh 11 September 2014 Sistem Pendidikan Islam Sekolah Agama Madrasah di Singapura 27 Selain MUIS, pihak Lembaga Pengelola Madrasah sendiri berusaha mendapatkan sumbangan dari luar untuk membantu pembangunan madrasah dalam bentuk zakat mahupun infaq di samping yuran persekolahan pelajar. Menurut Muhammad Taufiq, kos pembelajaran seorang kanak-kanak sekolah adalah SD1800 – SD2500 sebulan yang terpaksa ditanggung oleh Madrasah yang tidak mendapat pembiayaan sebagaimana sekolah kebangsaan. Ibu bapa hanya menampung 1/3 dari kos tersebut melalui yuran bulanan manakala selebihnya ditanggung oleh madrasah melalui Dana Madrasah dan sumbangan dari luar31. Kesimpulan Sistem pendidikan Islam di Singapura masih dalam ruang lingkup yang terhad di bawah pengawasan MUIS dan MOE Singapura. Pelaksanaan madrasah di masjid-masjid memperlihatkan usaha untuk memastikan masyarakat Islam mendapat pendidikan Islam yang sewajarnya walaupun dilaksanakan pada hujung minggu. Penglibatan hanya enam buah madrasah terbesar dan tiga madrasah yang lain yang melaksanakan sistem pendidikan Islam sepenuh masa dengan kurikulum Diniah dan kurikulum kebangsaan dari MOE Singapura memberi ruang dan peluang kepada masyarakat Islam di Singapura memiliki agamawan dan asatizah yang tersendiri bagi memastikan pembangunan masyarakat Islam agar tidak jauh dari agama mereka. Sementelah lagi, terdapat beberapa pertubuhan dan masjid sendiri turut menyumbang dalam pendidikan Islam melalui pengajian khasnya bagi membolehkan dakwah Islam terus berkembang di Singapura dengan baik. Rujukan Census of Population 2010, Table 59 Resident Population Aged 15 years and over by Religion, Ethnic Group and Sex, Department of Statistics, Ministry of Trade and Industry, Republic of Singapore, bertarikh 16 Februari 2014 Iik Arifin Mansurnoor dan Drs. Dadi Damadi 2002, “Minoritas Islam” dalam Ensklopedi Tematis Dunia Islam Asia Tenggara, Jakarta Ichtiar Baru Van Hoeve Munzir Hitami, Dr 2006 Sejarah Islam Asia Tenggara, Pekanbaru Alaf Riau Richard C. Martin 2004, Encyclopedia of Islam and the Muslim World Volume 2 M-Z, New York Macmillan Reference USA Sharon Siddique and Taufik Abdullah 1989, Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara, Jakarta Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial. Sharon Siddique and Taufik Abdullah editors 1986 Islam and Society in Southeast Asia, Singapore ISEAS Berita On Suria, Singapura- bertarikh 20 Februari 2014 Temubual Muhammad Taufiq Arifin, Assistant Head, Madrasah Policy & Planning Strategic Unit, Majlis Ugama Islam Singapura, temubual pada 7 Mei 2014 31 Muhammad Taufiq, temubual bertarikh 7 Mei 2014 Jurnal al-Tamaddun Bil 9 2 2014, 17-28 Sharifah Thalha Binti Syed Haron, Ekselutif, Unit Dasar & Perancangan Madrasah, Majlis Ugama Islam Singapura, temubual pada 7 Mei 2014 Amira Bte Abdul Rahim, Senior Executive, Youth Education Stategic unit, MUIS, temubual bertarikh 7 Julai 2014. Email sharifah_thalha_SYEDHARON bertarikh 10 Mac 2014 Halaman web Andalus Corporation, Bertarikh 11 September 2014 Darul Arqam, bertarikh 6 Mei 2014 Department of Statistics, Ministry of Trade and Industry, Singapore, bertarikh 11 September 2014 bertarikh 10 Februari 2014 bertarikh 10 Februari 2014 Madrasah Al-Arabiah Al-Islamiah, bertarikh 6 Mei 2014 Madrasah Al-Irsyad, bertarikh 6 Mei 2014 Madrasah Aljunied Al Islamiyyah, bertarikh 5 Mei 2014 Madrasah Al-Maarif Al-Islamiah, bertarikh 5 Mei 2014 Madrasah Al-Sagoff, bertarikh 6 Mei 2014 Madrasah Wak Tanjung Al-Islamiyyah, bertarikh 5 Mei 2014 Majlis Ugama Islam Singapura, bertarikh 11 September 2014 Majlis Ugama Islam Singapura, bertarikh 11 September 2014 Yayasan Mendaki, bertarikh 11 September 2014 ... Hasil penelitian yang terkait dengan faktor dukungan dari Majlis Agama Islam Singapura menunjukkan bahwa pendidikan Islam di Singapura secara keseluruhan dinaungi dan dibina oleh Majlis Ugama Islam Singapura, sebagai lembaga yang punya otoritas memberikan fatwa dan pengembangan Islam di negara tersebut Raudah 2014. Di sisi lain, dengan diajarkannya Islam yang wasathi oleh Perdaus, maka pada saat yang sama hal ini adalah upaya untuk menanamkan Islam yang damai dan mengajarkan kepada masyarakat terapi untuk menolak budaya radikal, hal ini sesuai dengan hasil penelitian Zulfi Mubaraq dkk. ...Abd. HarisSalman Arif RamadhanLeufigo Sadam MubarokInequality that occurs in this life is caused by poor human character. Efforts to equip generations with character education continue to be a concern. The purpose of this research is to reveal; 1 the form of reconceptualization of Islamic-based character education in the Singapore Perdaus institution, 2 the influencing factors, and 3 the impact or implications. The approach used is qualitative, the research data is information about character education in the Perdaus Singapore institution, the data analysis is descriptive-qualitative. The findings of this study are 1 the concept of character education in the Singapore Perdaus institution is implemented in the form of character education through the al-Quran, kurban activities, early childhood education, and character education for youth, 2 there are two influencing factors, namely; External factors include government support, public awareness, well-established community conditions, and high intensity of career women. As for the internal factors in the form of competent human resources, open institutions, and innovation and adequate facilities, 3 the positive impact is the strengthening of public trust in Islamic institutions, the birth of a cultured generation of advanced society, and the opening of job opportunities. The conclusion of this study shows that the values of universal Islamic character do not conflict with the life of developed Islam" dalam Ensklopedi Tematis Dunia Islam Asia TenggaraIik Arifin Mansurnoor dan Drs. Dadi Damadi 2002, "Minoritas Islam" dalam Ensklopedi Tematis Dunia Islam Asia Tenggara, Jakarta Ichtiar Baru Van Hoeve Munzir Hitami, Dr 2006 Sejarah Islam Asia Tenggara, Pekanbaru Alaf RiauAssistant Head, Madrasah Policy & Planning Strategic Unit, Majlis Ugama Islam SingapuraMuhammad Taufiq ArifinMuhammad Taufiq Arifin, Assistant Head, Madrasah Policy & Planning Strategic Unit, Majlis Ugama Islam Singapura, temubual pada 7 Mei 2014Andalus Corporation, Corporation, Bertarikh 11 September 2014
- Lembaga di Singapura yang bergerak di bidang pendidikan Islam dan pendidikan sekuler dalam kurikulumnya adalah madrasah. Madrasah pertama kali muncul di Singapura pada 1905, yakni Madrasah As-Sibyan, yang berada di sekitar Masjid Sultan. Setelah itu, muncul beberapa nama madrasah besar di Singapura, seperti Aljunied Al-Islamiah, Irsyad Zuhri Al-Islamiah, Al-Maarif Al-Islamiah, Alsagoff Al-Arabiah, Al-Arabiah Al-Islamiah, dan Wak Tanjong bagaimana sejarah madrasah di Singapura? Baca juga Sejarah Islam di Singapura Madrasah pertama di Singapura Munculnya madrasah di Singapura dibarengi dengan masuk dan berkembangnya Islam pada abad itu, bentuk pertama dari madrasah adalah sekolah Al Quran dan sekolah pondok yang berada di sekitar rumah ulama atau guru agama Islam. Model pendidikan tersebut berkembang di Singapura dari abad ke-15 hingga abad ke-19. Adapun fokus dalam pendidikan madrasah di Singapura saat itu adalah pemahaman di bidang agama Islam. Selain itu, diberikan juga pengetahuan tentang tauhid, tafsir, fikih, sejarah, hadis, dan bahasa Arab. Sejak itu, model pendidikan Islam terus berkembang di Singapura, dibuktikan dengan berdirinya madrasah pertama di Singapura. Baca juga Baitul Hikmah, Simbol Kemajuan Ilmu Pengetahuan Era Keemasan Islam
ArticlePDF Available AbstractIslamic education in Southeast Asia has some diverse substances. In Indonesia, Islamic education experience rapid progress. Indonesia employ Islamic education as cumpolsary subject in schools and public universities. In Malaysia, Islamic education has many improvements since 1956 Islamic education is taught in national school and also Malaysia also formed religious education department that handle every religious subject in schools. Thailand, especially in couple regions such as Pattani, Setul, Yala, and Narathiwat, Islamic education with boarding school and Madrasah become islamic identity backbone and Islamic struggle against central government. Meanwhile, different condition takes place to Islamic education in Singapore. There is still an uncleared purpose between islamic education with national education system, there is no islamic university, no standard curriculum, no central islamic education administration, and the lack of fund and economical status of religion teacher. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. 71Pendi Susanto Perbandingan Pendidikan Islam di Asia TenggaraJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436AbstractIslamic education in Southeast Asia has some diverse substances. In Indonesia, Islamic education experience rapid progress. Indonesia employ Islamic education as cumpolsary subject in schools and public universities. In Malaysia, Islamic education has many improvements since 1956 Islamic education is taught in national school and also Malaysia also formed religious education department that handle every religious subject in schools. Thailand, especially in couple regions such as Pattani, Setul, Yala, and Narathiwat, Islamic education with boarding school and Madrasah become islamic identity backbone and Islamic struggle against central government. Meanwhile, different condition takes place to Islamic education in Singapore. There is still an uncleared purpose between islamic education with national education system, there is no islamic university, no standard curriculum, no central islamic education administration, and the lack of fund and economical status of religion Islam, Islamic Education, Southeast Asia AbstrakPendidikan Islam di kawasan Asia Tenggara memiliki beberapa substansi yang sangat beragam. Di Indonesia, pendidikan Islam mengalami kemajuan pesat. Diantaranya Indonesia menerapkan Pendidikan Agama Islam menjadi pelajaran wajib di sekolah-sekolah dan universitas negeri. Di Malaysia, Pendidikan Islam banyak mengalami perbaikan sejak tahun 1956 diantaranya pendidikan agama Islam diajarkan di sekolah nasional dan juga dengan dibentuk bagian pendidikan agama Perbandingan Pendidikan Islam di Asia TenggaraPendi Susanto STIT Al-Amin Indramayu Email susanto_sbi 71Jurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436DOI 30 April 2015 Direvisi 20 Mei 2015 Disetujui 23 Juni 2015 72Pendi Susanto Perbandingan Pendidikan Islam di Asia TenggaraJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436yang mengurusi semua bidang pendidikan agama di sekolah-sekolah. Thailand, khususnya di beberapa daerah seperti Pattani, Setul, Yala, dan Narathiwat, pendidikan Islam dengan Pondok dan Madrasah menjadi tulang punggung identitas Islam dan perlawanan Islam terhadap pemerintah pusat. Sementara itu, kondisi berbeda Pendidikan Islam di Singapura, tujuan pendidikan Islam dengan sistem pendidikan nasional belum jelas, tidak ada perguruan tinggi Islam, tidak ada kurikulum yang standar, tidak ada administrasi pendidikan Islam sentral, kurangnya dana dan status ekonomi guru Kunci Islam, Pendidikan Islam, Asia TenggaraPendahuluan Implementasi sistem pendidikan Islam di berbagai negara, baik yang berpenduduk mayoritas muslim dan non-muslim mempunyai corak serta sistem yang satu dengan yang lainnya terkadang terdapat perbedaan. Di negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam berbeda nuansanya dengan negara yang relatif berimbang. Sudah dapat dicerna bahwa perbedaan dalam suatu negara pasti ada, walaupun bentuk perbedaan itu ada yang mencolok perbedaanya ada yang hampir tidak kelihatan. Pendidikan Islam bisa berarti proses atau lembaga. Sebagai proses, pendidikan Islam merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan potensi peserta didik menuju terbentuknya pribadi muslim sempurna melalui upaya pengarahan, pengajaran, pelatihan, pemberian contoh, bimbingan, pengasuhan dan pengawasan secara islami. Sedangkan sebagai lembaga, pendidikan Islam merupakan lembaga pendidikan yang pendirian dan penyelenggaraannya dilandasi nilai-nilai Islam dan untuk mewujudkan cita-cita islami. Pendidikan Islam mempunyai sejarah yang panjang. Dalam pengertian seluas-luasnya, pendidikan Islam berkembang seiring dengan munculnya Islam itu sendiri. Islam, dalam perkembangannya mengalami kemajuan yang signifikan, meskipun pada beberapa negara tertentu mengalami fluktuatif, bahkan ada juga yang hampir punah seperti di Spanyol. Penyebaran Islam terjadi dengan berbagai cara, diantaranya adalah orang-orang Islam pergi ke suatu daerah / negara dengan tujuan dakwah. Selain itu, ada juga dengan tujuan berdagang tetapi mendakwah dan berdagang mereka juga melakukan perkawinan, dan yang lebih menarik karena mereka mengawini anak bangsawan, penguasa dan sebagainya. Sejarah masuk dan berkembangnya Islam di Asia Tenggara di kalangan sejarawan, khususnya aspek kebudayaan, masih belum tersingkap secara sempurna. Azyumardi Azra11 Azyumardi Azra, Islam di Asia Tenggara, Pengantar Pemikiran dalam Azyumardi Azra Ed., Persfektif Islam di Asia Tenggara Jakarta Yayasan Obor, 1989, hlm. VI-VIII 73Pendi Susanto Perbandingan Pendidikan Islam di Asia TenggaraJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436mengatakan bahwa hal tersebut disebabkan antara lain karena kajian sejarah Islam dengan berbagai aspeknya di Asia Tenggara, baik oleh kalangan asing maupun pribumi belum mampu merumuskan suatu paradigma historis yang dapat dijadikan pegangan bersama yang kadang-kadang sulit dipertemukan satu sama lain. Tulisan ini bermaksud mendeskripsikan pendidikan Islam di kawasan Asia Tenggara. Namun demikian, karena terbatasnya ruang dalam tulisan ini untuk membahas satu-persatu wilayah di Asia Tenggara, maka penulis mengambil Indonesia, Malaysia, Thailand dan Singapura sebagai wilayah kajian, karena kawasan ini memiliki mayoritas penduduknya beragam Islam, relatif berimbang pemeluk Islamnya dan menjadi Pendidikan Islam Pendidikan adalah keindahan proses belajar mengajar dengan pendekatan manusianya man centered, dan bukan sekadar memindahkan otak dari kepala-kepala atau mengalihakn mesin ke tangan, dan sebaliknya. Pendidikan lebih dari itu, yakni menjadikan manusia mampu menaklukkan masa depan dan menaklukkan dirinya sendiri dengan daya pikir, daya dzikir, dan daya ciptanya. Dari sudut pandang masyarakat, pendidikan adalah proses sosialisasi, yakni memasyarakatkan nilai-nilai, ilmu pengetahuan, dan keterampilan dalam kehidupan. Sosiolog Emile Durkheim, dalam karyanya Education and Sosiology, sebagaimana dikutip Saefudin menyatakan bahwa pendidikan merupakan produk masyarakat itu sendiri, yaitu mampu hidup konsisten mengatasi ancaman dan tantangan masa depan. Nabi SAW bersabda “Didiklah anak-anak kamu, sesungguhnya mereka diciptakan untuk zaman yang bukan zamanmu”. Jadi, pendidikan harus berorientasi masa depan, harus futuristik. Sementara itu, dari sudut pandang individu, pendidikan adalah proses perkembangan, yakni perkembangan potensi yang dimiliki secara maksimal dan diwujudkan dalam bentuk konkrit, dalam arti perkembangan menciptakan sesuatu yang baru dan berguna untuk kehidupan masa al-Bani sebagaimana dikutip Adi Sasono menggambarkan bahwa pendidikan mencakup tiga faktor yang mesti dilakukan secara bertahap, yakni a menjaga dan memelihara anak; b mengembangkan potensi dan bakat anak sesuai dengan minat/bakatnya masing-masing, dan c mengarahkan potensi dan bakat anak agar mencapai masyarakat dan Dalam studi kependidikan, sebutan “Pendidikan Islam” pada umumnya dipahami sebagai suatu ciri khas, yaitu jenis pendidikan yang berlatar belakang 2 Saefudin, dkk., Desekularisasi Pemikiran Landasan Islami Bandung Mizan, 1995, hlm. 125. 3 Adi Sasono, dkk., Solusi Islam Atas Problematika Umat Jakarta Gema Insani, 1998, hlm. 87. 74Pendi Susanto Perbandingan Pendidikan Islam di Asia TenggaraJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436keagamaan. Dapat juga digambarkan bahwa pendidikan yang mampu membentuk “manusia yang unggul secara intelektual, kaya dalam amal, dan anggun dalam moral”. Hal ini berarti menurut cita-citanya pendidikan Islam memproyeksi diri untuk memproduk “insan kamil”, yaitu manusia yang sempurna dalam segala hal, sekalipun diyakini baru hanya Nabi Muhammad SAW yang telah mencapai kualitasnya. Pendidikan Islam dijalankan atas roda cita-cita yang demikian dan sebagai alternatif pembimbingan manusia agar tidak berkembang atas pribadi yang terpecah split of personality, dan bukan pula pribadi timpang. Manusia diharapkan tidak materialistik atau aspiritualistik, amoral, egosentrik atau antrosentris, sebagaimana yang secara ironis masih banyak dihasilkan oleh sistem pendidikan kita dewasa ini. Untuk meraih tujuan yang ideal itu, maka realisasinya harus sepenuhnya bersumber dari cita-cita al-Qur’an, sunnah, dan ijtihad-ijtihad yang masih berada dalam ruang Muhammad Athiyah al-Abrasyi menyatakan bahwa prinsip utama pendidikan Islam adalah pengembangan berpikir bebas dan mandiri secara demokratis dengan meperhatikan kecenderungan peserta didik secara individual yang menyangkut aspek kecerdasan akal dan bakat yang dititikberatkan pada prinsip pendidikan Islam yakni demokrasi dan kebebasan, pembentukan ahlak karimah, sesuai kemampuan akal peserta didik, diversifikasi metode, pendidikan kebebasan, orientasi individual, bakat ketrampilan terpilih, proses belajar dan mencintai ilmu, kecakapan berbahasa dan dialog, pelayanan, sistem universitas, dan rangsangan Islam di Indonesia Tidak dapat disangkal bahwa Islam merupakan komponen penting yang turut membentuk dan mewarnai corak kehidupan masyarakat Indonesia. Keberhasilan Islam menembus dan mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia serta menjadikan dirinya sebagai agama utama bangsa ini merupakan prestasi yang luar biasa. Hal ini terutama bila dilihat dari segi geografis, dimana jarak Negara Indonesia dengan negara asal Islam, jazirah Arab cukup jauh. Apalagi bila dilihat sejak dimulainya proses penyebaran Islam itu sendiri di kepulauan nusantara ini, belum ada metode atau organisasi dakwah yang dianggap cukup mapan dan efektif untuk memperkenalkan Islam kepada masyarakat luas. Berbicara tentang pendidikan Islam di Indonesia, sangatlah erat hubungannya dengan kedatangan Islam itu sendiri ke Indonesia. Dalam konteks ini Mahmud 4 Muslih Usa dan Aden Wijdan SZ, Pemikiran Islam dalam Peradaban Industrial Yogyakarta Aditya Media, 1997, hlm. 35-36. 5 M. Athiah al-Abrasyi, Dasar-dasar pokok Pendidikan Islam Jakarta Bulan Bintang, 1970, hlm. 165. 75Pendi Susanto Perbandingan Pendidikan Islam di Asia TenggaraJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436Yunus mengatakan, bahwa sejarah pendidikan Islam sama tuanya dengan masuknya agama tersebut ke Indonesia. Hal ini di sebabkan karena pemeluk agama baru tersebut sudah barang tentu ingin mempelajari dan mengetahui lebih dalam tentang ajaran-ajaran Islam. Dari sinilah mulai timbul pendidikan Islam dimana pada mulanya mereka belajar di rumah-rumah, langgar atau surau masjid dan kemudian menjadi pondok Setelah itu baru timbul sistem madrasah yang teratur sebagai mana yang kita kenal seperti sekarang ini. Sejak dua dasa warsa terakhir perkembangan pendidikan Islam menunjukkan lompatan yang tak terbayangkan sebelumnya. Pendidikan Islam baik dalam pengertian lembaga, program, nilai-nilai, spirit atau aktivitas pembelajaran berkembang seperti cendawan di musim penghujan. Kuantitas dan kualitas pendidikan Islam tumbuh seiring dengan perbaikan kehidupan ekonomi dan kondisi politik umat Islam Indonesia yang kondusif. Signifikansi pendidikan Islam bagi masa depan Islam Indonesia terletak pada perannya sebagai garda terdepan penjaga moral bangsa dan merupakan jembatan mobilitas anak-anak muslim dari berbagai strata sosial di Indonesia, yang pada saatnya mengantarkan mereka ke kehidupan modern. Dewasa ini, menurut Mastuki7pendidikan Islam al-tarbiyah al-islamiyah telah berkembang dalam jenis dan ragam yang dapat dikategori dalam dua kelompok besar. Pertama, pendidikan Islam sebagai lembaga atau program. Kategori kedua adalah pendidikan Islam sebagai spirit atau nilai-nilai yang melekat pada aktivitas pendidikan dan pembelajaran. Dalam pengertian ini, seluruh sistem pendidikan yang dikembangkan dari dan dijiwai oleh ajaran atau nilai-nilai Islam dapat dimaknai sebagai pendidikan Islam. Pendidikan Islam sebagai lembaga tidak bisa dinafikan telah mengalami penguatan berkat Kementerian Agama yang lahir tidak lama setelah kemerdekaan Indonesia 3 Januari 1946. Kementerian Agama melalui organ-organ yang dimiliki telah memainkan peran krusial dan menentukan perkembangan lembaga-lembaga pendidikan Islam. Dasawarsa 1980-an hingga 2000-an merupakan era massifikasi lembaga pendidikan Islam di Indonesia. Hal ini ditandai berbagai perkembangan menarik, seperti modernisasi dan pengarusutamaan mainstreaming pendidikan Islam. 6 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia Jakarta Hida Karya Agung,1985, .html 76Pendi Susanto Perbandingan Pendidikan Islam di Asia TenggaraJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436 Modernisasi berkaitan dengan upaya memperbaiki kualitas pendidikan Islam yang telah mengalami massifikasi pada era-era sebelumnya. Pertumbuhan dan penambahan jumlah madrasah, pesantren dan perguruan tinggi Islam yang meningkat tajam berkaitan dengan revolusi pendidikan’ di Indonesia, yang oleh Anne Both8, dinyatakan melampaui estimasi sebelumnya. Data statistikal menunjukkan peningkatan jumlah lembaga-lembaga pendidikan Islam dibandingkan sekolah umum. Kondisi ini mengakibatkan mobilitas anak-anak Muslim dari berbagai strata dan berasal dari daerah pedesaan lebih mudah dan meningkat tajam. Modernisasi pendidikan Islam pada gilirannya juga menjadi jembatan terjadinya integrasi pendidikan Islam ke dalam mainstream pendidikan nasional. Dengan integrasi pendidikan Islam ke dalam sistem pendidikan nasional seperti tampak pada SKB 3 Menteri 1975 dan UU Sisdiknas no 2/1989 memuluskan proses pengarusutamaan pendidikan Islam ke dalam pendidikan nasional. Akibat yang jelas adalah mencairnya dualisme pendidikan umum’ dan agama’ lalu saling mendekat dan melengkapi. Kini sulit dibedakan secara diametral antara sekolah’ dan madrasah’ karena keduanya mengajarkan mata pelajaran yang sama, meski dengan frekuensi dan volume yang berbeda. Pengarusutamaan pendidikan Islam sekali lagi menemukan momentum saat penerimaan diniyah dan pesantren ke dalam sistem pendidikan nasional melalui UU Sisdiknas no 20 tahun 2003 dan turunannya Peraturan Pemerintah no 55 tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan. Regulasi ini menempatkan pendidikan Islam yang semula di pinggir ditarik ke tengah’-pusaran pendidikan nasional. Kedudukan madrasah setara dengan sekolah pada semua jenjang. Pesantren dan diniyah diakui sebagai bagian sistem pendidikan nasional. Konsekuensi yang dapat dicandera adalah bargaining position kedua lembaga ini semakin kuat. Pendidikan pesantren juga memiliki prospek yang cerah. Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang masih konsisten dalam memegang nilai-nilai, budaya, serta keyakinan agama yang kuat. Keaslian dan kekhasan pesantren di samping sebagai khazanah tradisi budaya bangsa, juga merupakan kekuatan penyangga pilar pendidikan untuk memunculkan pemimpin bangsa yang bermoral. Oleh sebab itu, pesantren sebagaimana diistilahkan Gus Dur ”sub kultur” memiliki dua tanggung jawab secara bersamaan, yaitu sebagai lembaga pendidikan agama Islam dan sebagai bagian integral masyarakat yang bertanggung jawab terhadap perubahan dan rekayasa Anne Both, “Repelita V and Indonesia’s Medium-term Economic Strategy”, Prisma, edisi bahasa Inggris, No. 48, December, 19899 Haidari, dkk 2004, Panorama Pesantren dalam Cakrawala Modern. Jakarta, Diva Pustaka, hlm. 76. 77Pendi Susanto Perbandingan Pendidikan Islam di Asia TenggaraJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436 Pesantren adalah model sistem pendidikan pertama dan tertua di Indonesia. Sebagai lembaga pendidikan Islam, pondok pesantren berdiri bukan sekedar mengejar kekuasaan atau materi akan tetap yang pertama di bangun dalam sebuah tradisi pesantren adalah penanamam nilai-nilai agama kepada para santri, dan kewajiban untuk menuntut ilmu merupakan perintah Keberadaan pesantren mengilhami model dan sistem-sistem yang ditemukan saat ini. Ia bahkan tidak lapuk dimakan zaman dengan segala perubahannya. Karenanya banyak pakar, baik lokal maupun internasional melirik Pondok Pesantren sebagai bahan kajian. Di antara sisi yang menarik para pakar dalam mengkaji lembaga ini adalah karena “modelnya”. Sifat keislaman dan keindonesiaan yang terintegrasi dalam pesantren menjadi daya tariknya. Belum lagi kesederhanaan, sistem dan manhaj yang terkesan apa adanya, hubungan kyai dan santri serta keadaan fisik yang serba sederhana. Perjalanan pendidikan Islam di Indonesia senantiasa dihadapkan pada berbagai persoalan yang multi komplek, mulai dari konseptual-teoritis sampai dengan operasional praktis. Hal ini dapat dilihat dari ketertinggalan pendidikan Islam dengan pendidikan lainnya baik secara kuantitatif maupun kualitatif, sehingga pendidikan Islam terkesan sebagai pendidikan “kelas dua”. Sesungguhnya sangat ironis, penduduk Indonesia yang mayoritas muslim namun dalam hal pendidikan selalu tertinggal dengan umat yang lainnya. Berkaitan dengan ini, ada beberapa fenomena yang dicatat oleh Muhaimin yang menjadi penyebab pendidikan Islam selalu dalam posisi tersingkirkan. Pertama, pendidikan Islam sering terlambat merumuskan diri untuk merespon perubahan dan kecenderungan mengorientasikan diri pada bidang-bidang humaniora dan ilmu-ilmu sosial ketimbang ilmu-ilmu eksakta semacam fisika, kimia, biologi dan matematika modern. Padahal ilmu ini mutlak diperlukan dalam mengembangkan teknologi canggih. Disamping itu ilmu-ilmu eksakta ini belum mendapat apresiasi dan tempat yang sepatutnya dalam sistem pendidikan Islam. Kedua, usaha pembaharuan dan peningkatan sistem pendidikan Islam sering bersifat sepotong-sepotong atau tidak komprehensif dan menyeluruh, yang hanya dilakukan sekenanya atau seingatnya, sehingga tidak terjadi perubahan secara esensial di dalamnya. Ketiga, sistem pendidikan Islam telah lebih cenderung berorientasi ke masa silam ketimbang berorientsi ke masa depan, atau kurang bersifat future-oriented. Keempat, sebagian besar sistem pendidikan Islam belum dikelola secara profesional baik dalam perencanaan, penyiapan, tenaga pengajar, kurikulum maupun pelaksanaan pendidikannya, sehingga kalah bersaing dengan Dhofir, Zamaksyari 1984, Relevansi Pesantren Pengembangan Ilmu di Masa Datang, dalam Majalah Pesantren,Jakarta P3M, hlm. Abdurrahman Mas’ud, Menggagas Format Pendidikan Nondikotomik, Humanisme Relegius Sebagai Paradigma Pendidikan Islam, Yogyakarta Gama Media, 2002, hlm. 14-15 78Pendi Susanto Perbandingan Pendidikan Islam di Asia TenggaraJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436Pendapat tersebut menggaris bawahi perlunya pemikiran dan pengelolaan pendidikan Islam untuk besikap proaktif dalam merespon perubahan dan kecenderungan perkembangan masyrakat kini dan masa mendatang, dengan memasukkan ilmu-ilmu eksakta kedalam setiap programnya, sehingga dapat menggembangkan teknologi canggih. Maka yang diperlukan untuk memajukan pendidikan Islam harus dikelola oleh para pengajar dan manajer yang berkualitas dan mampu membaca fenomena pendidikan yang dibutuhkan oleh masyarakat, perkembangan nilai-nilai dalam masyarakat di mana lembaga pendidikan Islam Islam di Malaysia Islam merupakan agama resmi Negara ferasi Malaysia. Hampir 50% dari 13 juta penduduknya adalah Muslim dan sebagian besar diantaranya adalah orang melayu yang tinggal di Semenanjung Malaysia. Adapun sisanya terdiri dari kelompok-kelompok etnik yang minoritas yakni diantaranya Cina yang terdiri sekitar 30% dari penduduk Malaysia dan yang lainnya India dan Arab Esposito, 199055. Keragaman masyarakat yang demikian besar membawa dampak ketegangan dan konflik-konflik yang cenderung untuk menambah identitas orang-orang melayu, terutama orang Cina yang lebih meningkat pendidikan dan perekonomiannya dari pada orang muslim yang lebih pedesaan. Masyarakat Muslim di Malaysia sebagian besar berlatar belakang pedesaan dan mayoritas mereka bekerja sebagai petani. Mereka cenderung dalam kehidupan komunitas masyarakat kampung. Warga perkampungan Malaysia menjalankan praktek – praktek keagamaan, meyakini terhadap roh-roh suci, tempat suci, dan meyakini para wali yang dikeramatkan baik di kalangan Muslim maupun non Muslim. Diantara warga Muslim dan non Muslim dapat hidup rukun tanpa ada permusuhan sehingga masyarakat di sana tentram dan damai. Perkembangan Islam di Malaysia telah membawa peradaban-peradaban baru yang diakui Dunia Islam. Sampai saat ini Muslim Malaysia dikenal sebagai Muslim yang taat beribadahnya, kuat memegang hukum Islam dan juga kehidupan beragamannya yang damai serta mencerminkan keIslaman agamanya baik di perkampungan maupun dalam pemerintahan. Peranan seorang ulama di sana sangat penting baik dalam segi dakwah dan dalam pengelolaan sekolah-sekolah. Mengenai hasil peradaban Islam di Malaysia ini juga tidak kalah dengan Negara-negara Islam yang lain, seperti 1. Adanya bangunan-bangunan masjid yang megah seperti Masjid Ubaidiyah di Kuala Kancong 2. Banyaknya bangunan- 79Pendi Susanto Perbandingan Pendidikan Islam di Asia TenggaraJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436bangunan sekolah Islam 3. Berlakunya hukum Islam pada pemerintahan Malaysia hukum islam di sana mendapat kedudukan khusus karena dijadikan hukum Negara. Pada zaman tradisional Islam di Negara-negara perairan Malaya mempunyai hubungan yang erat antara kehidupan kampung dan organisasi kenegaraan. Pemerintahan dibagi menjadi dua ruang lingkup yakni 1 Dalam Kehidupan Kampung Terdapat dua jabatan yang seimbang. Kepala kampung atau penghulu diangkat oleh pejabat yang lebih tinggi untuk menjaga ketertiban lokal, menengahi persengketaan, mengumpulkan pajak, mengorganisir kaum buruh dan bertindak sebagai penyembuhan dalam bidang spiritual. Adapun jabatan yang lain yakni islam masjid yang local dan mengajar di sekolah lokal. Islam memberikan peranan yang penting terhadap sejumlah ritual dan perayaan yang menjadi symbol solidaritas komunitas perkampungan, dan perayaan beberapa peristiwa besar dalam siklus kehidupan individual seperti perayaan kelahiran, perkawinan, dan peringatan kematian. 2 Dalam kehidupan Negara Islam juga diperlukan bagi Negara Malaysia. Para Sultan pada beberapa Negara Malaya merupakan kepala sebuah kelompok keturunan Aristokratik yang membuat elit politik negeri dan merupakan raja-raja kampong. Seorang penguasa juga disebut sebagai Sultan, Raja dan yang Dipertuan. Gelar-gelar tersebut merupakan gelar Muslim dan Hindu yang diyakini sejak masa Islam. Pada periode tradisional Sultan merupakan pejabat agama dan politik yang tertinggi dan melambangkan corak Muslim masyarakat melayu. Sultan sebagai kepala agama mempunyai wewenang penuh bagi umat Islam di Malaysia. Di samping itu kehidupan beragama di sana terasa sangat formal jika dibandingkan dengan Indoensia seperti khutbah Jum’at yang harus berisikan doa bagi Sultan dan seluruh keluarganya. Bahkan pernah terjadi pada waktu “Idul Fitri” di Masjid Kuala Lumpur, takbir yang dikumandangkan bersama-sama diberhentikan demi menyambut kedatangan yang Maha Mulia Sultan. Setelah Sri Baginda duduk, barulah bacaan takbir dikumandangkan kembali. Jadi kedudukan seorang Sultan di Malaysia pada zaman dahulu sangat mulia. Namun kenyataan di atas berubah drastis setelah Malaysia didominasi oleh Inggris. System yang berlaku pada era tradisional ini berubah total. Mereka membebaskan para Sultan Melayu dari otoritas efektif dalam segala urusan kecuali bidang yang berkenaan dengan agama dan adapt. Oleh karena itu para Sultan berusaha memperkuat pengaruh mereka pada bidang tersebut sebagai satu-satunya ekspresi dan berusaha memusatkan organisasi keagamaan Islam dan memperluas control kesultanan terhadap kehidupan keagamaan. 80Pendi Susanto Perbandingan Pendidikan Islam di Asia TenggaraJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436 Pada prinsipnya urusan agama Islam menjadi wewenang pemerintah Negara bagian. Seperti ditetapkan dalam Konstitusi Malaysia, sultan menjadi pimpinan agama Islam di negerinya masing-masing. Sementara itu di negeri yang tidak mempunyai sulthan seperti Pulau Pinang, Malaka, Sabah dan Serawak serta wilayah federal Kuala Lumpur sendiri, pimpinan agama dipercayakan kepada yang di Pertuan Agung. Namun demikian agaknya pemerintah merasa perlu untuk memadu, kalau tidak bisa dikatakan mengatur, agak aktifitas Islam di Negara tersebut tidak menjadi sumber instabilitas. Hal ini dilakukan pemerintah, selain untuk menunjukkan perannya dalam mendukung Islam juga dimaksudkan untuk menghilangkan kekhawatiran dan ketakutan warga non Muslim terhadap apa yang dibahasakan Mahathir sebagai “Islam Fundamentalis” yang diantaranya menginginkan penerapan hukum Islam dan atau terbentuknya Negara Islam di Malaysia. Maka untuk menetralisir gerakan-gerakan fundamentalis tersebut, serta berupaya untuk memandu dan mengatur aktifitas Islam di Negara itu, pemerintah perlu merancang dan mengatur sendiri berbagai aktifitas Islam dan berdasarkan pada kebijakan pemerintah. Dalam penerapan kurikulum pendidikan islam di Malaysia tidak berbeda jauh dengan pendidikan Islam di Indonesia, yaitu kurikulum pendidikan islam yang mengandung dua kurikulum inti sebagai kerangka dasar operasional pengembangan kurikulum. Pertama, tauhid sebagai unsure pokok yang tidak dapat dirubah. Kedua, perintah membaca ayat-ayat Allah yang meliputi tiga macam ayat, yaitu 1 ayat Allah yang berdasarkan wahyu, 2 ayat Allah yang ada pada diri manusia, 3 ayat Allah yang terdapat di alam semesta atau di luar dari manusia. Para ahli pendidikan Islam dalam hal ini memberikan interpretasi-interpretasi tersendiri. Prinsip umum yang menjadi dasar kurikulum pendidikan Islam adalah 1. Adanya pertautan yang sempurna dengan agama, termasuk ajaran-ajaran dan nilai-nilainya 2. Prinsip menyeluruh universal pada tujuan-tujuan dan kandungan-kandungan kurikulum 3. Keseimbangan yang relative antara tujuan dan kandungan-kandungan kurikulum 4. Perkaitan dengan bakat, minat, kemampuan-kemampuan dan kebutuhan pelajar dan juga dengan alam sekitar, fisik dan sosial tempat pelajar itu hidup berinteraksi 5. Pemeliharaan atas perbedaan-perbedaan individu diantara pelajar dalam bakat-bakat, minat, kemampuan, kebutuhan dan perbedaan lingkungan masyarakat. 6. penyesuaian dengan perkembangan dan perubahan yang berlaku dalam kehidupan 7. Pertautan antara mata pelajaran, pengalaman dan aktifitas yang terkandung dalam kurikulum, dan pertautan antara kandungan kurikulum dengan kebutuhan murid dan kebutuhan masyarakat tempat murid itu tinggal. Periode pemerintahan 1976-1981 dan 1981 – 1986, terlihat betapa pemerintah Malaysia menunjukkan keseriusannya dalam meresponi kembali posisi Islam. Dalam rencananya Islam tetap menjadi sumber kekuatan bagi mangsa. Malaysia, 81Pendi Susanto Perbandingan Pendidikan Islam di Asia TenggaraJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436telah diwujudkan secara nyata dalam bentuk naiknya pengeluaran anggaran dan dukungan moral pemerintah dalam bidang pengajaran Islam di sekolah sekolah serta pembangunan mesjid-mesjid dan berbagai institusi Islam. Kebijakan penting lainnya terkait dengan upaya menghasilkan sumber daya manusia dan professional Muslim yang berkualitas dalam berbagai bidang kehidupan adalah kesponsoran pemerintah dalam mendirikan universitas Islam berskala Internasional IIUM yang dibiayai pemerintah dengan bantuan Arab Saudi. Sebagai upaya untuk menunjukkan keseriusannya dalam merespons penegasan kembali Islam, pemerintah menyediakan sejumlah infrastruktur yang diperlukan guna membantu umat Islam dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban agama mereka. Realisasi paling umum dari keseriusan ini adalah pembangunan sejumlah mesjid untuk memenuhi kebutuhan komunitas Muslim akan tempat ibadah. Selain itu manifestasi penting lainnya dari kesungguhan pemerintah terlihat dari penyediaan infrastruktur bagi kebijakan pro-Islamnya di berbagai bidang kehidupan seperti ekonomi, dakwah dan syiar Islam, pendidikan dan aspek-aspek lainnya dalam meningkatkan keberagamaan masyarakat Muslim. Pendidikan Islam di Singapura Wajah Islam di Singapura tak jauh beda dengan wajah di Malaysia. Banyak kesamaan, baik dalam praktik ibadah maupun dalam kultur kehidupan sehari-hari. Sedikit banyak, hal ini mungkin dipengaruhi oleh sisa warisan Islam Malaysia, ketika negeri kecil itu resmi pisah dari induknya, Malaysia, pada 1965. Tetapi, sebenarnya Islam telah lama ada dan berkembang di Singapura, jauh sebelum negeri itu sendiri berdiri. Singapura, termasuk negeri yang kaya dan tertib di kawasan Asia Tenggara. Namun siapa sangka tenyata terdapat 70 mesjid yang tersebar merata. Jumlah yang lumayan banyak untuk negara sekecil Singapura. Tidak seperti di Indonesia yang begitu banyak masjid dan mushala sehingga memudahkan kita untuk sholat berjamaah di mushala terdekat. Menurut sensus 2000, agama yang paling banyak dianut di Singapura adalah Agama Buddha Agama lain yang dianut adalah Islam Kristen Taoisme Agama Hindu dan lain-lain. dari penduduk Singapura tidak beragama. Di Singapura, hampir seluruh orang Melayu beragama Islam. Agama-agama yang dianut oleh etnis Cina Singapura termasuk Buddha Mahayana, Taoisme, Konghucu, dan Kristen. Etnis India Singapura kebanyakan menganut agama Hindu, dan sisanya menganut agama Islam, Sikh, Buddha, dan umat Islam di Singapura kurang lebih 15% dari total penduduknya, yang sekitar 4,5 juta total jiwa termasuk tenaga kerja asing yang memiliki ijin tinggal, dengan komposisi etnis terdiri dari 77% 82Pendi Susanto Perbandingan Pendidikan Islam di Asia TenggaraJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436keturunan China, 14% keturunan Melayu, 7,6% keturunan India dan 1,4% Dalam kehidupan bermasyarakat, Singapura menganut falsafah “together hwe make the difference”13. Bagi Singapura, falsafah tersebut dapat dijadikan suatu kekuatan yang dapat mensinergikan semua unsur masyarakat. Pengembangan kebudayaan di Singapura dalam rangka menghadapi kompetisi global dewasa ini adalah dengan menempatkan kebudayaan sebagai unsur yang sangat penting untuk menigkatkan kualitas kehidupan masyarakat dan dalam rangka pembentukan karakter bangsa. Visi pendidikan yang dianut adalah “First World Economy, World Class Home” dengan menekankan pentingnya sistem pendidikan yang berkualitas pelajar dan mahasiswa dituntut tidak hanya mempelajari ilmu pengetahuan semata-mata tetapi juga mempelajari cara untuk menciptakan ilmu-ilmu yang baru. Untuk itu, pemerintah telah menyusun tim yang kuat pada menteri pendidika Singapura dengan mengangkat menteri muda yang berkualitas. Usaha-usaha penyempurnaan pendidikan dilakukan melalui peninjauan kurikulum dan sistem, rekrutmen siswa khususnya di tingkat universitas, pengembangan teknologi informasi serta pembangunannya secara holistik. Singapura bercita-cata universitas terkenal di dunia diharapkan dapat bekerja sama membuka kampus-kampus cabang di singapura. Lembaga pendidikan Islam di Singapura hanya terbatas pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dengan jenis dan jumlah yang terbatas. Terdapat dua jenis lembaga pendidikan Islam, yaitu madrasah sepenuh masa full time dan madrasah separuh masa part time.15Madrasah sepenuh masa merupakan lembaga pendidikan Islam yang proses pembelajarannya berlangsung tiap hari sebagaimana yang terjadi pada madrasah di Indonesia, dan kurikulumnya menggabungkan mata pelajaran agama dan umum. Sedangkan madrasah separuh masa merupakan lembaga pendidikan yang proses pembelajarannya tidak berlangsung tiap hari, mungkin dua-tiga kali seminggu, dilaksanakan pada sore dan malam hari; materinya murni keagamaan; dan umumnya berlangsung di masjid-masjid. Dengan karakter demikian, madrasah separuh masa lebih tepat disebut pendidikan Altbach, Philip G. dan Salmi, Jamil. The Road to Academic Excellence. The International Bank for Reconstruction and Development/The World Bank Bank Dunia dan Penerbit Salemba Humanika. Haidar Putra Daulay, Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara Jakarta Rineka Cipta, 2009, Perbedaan antara lembaga pendidikan formal, nonformal dan informal adalah; 83Pendi Susanto Perbandingan Pendidikan Islam di Asia TenggaraJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436 Kedua jenis madrasah tersebut memiliki bidang garapan berbeda. Sasaran madrasah penuh waktu adalah para pelajar muslim yang sejak awal memilih lembaga ini sebagai tempat mengembangkan potensinya. Sedangkan madrasah paruh waktu memiliki sasaran para pelajar muslim yang menuntut ilmu di sekolah umum, agar mereka mengenal ajaran dasar Islam mengingat sekolah-sekolah umum di Singapura tidak mengajarkan mata pelajaran demikian, kedua jenis madrasah tersebut sama-sama memiliki peran signifikan dalam menumbuhkembangkan semangat islami sejak dini bagi para generasi muslim. Lembaga pendidikan Islam madrasah dikelola secara modern dan profesional, dengan kelengkapan perangkat keras dan lunak. Dari seluruh madrasah Islam sebanyak enam buah, seluruhnya di bawah naungan Majelis Ugama Islam Singapura MUIS, sistem pendidikan diterapkan dengan memadukan ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum. Keenam madrasah itu adalah madrasah Al-Irsyad Al-Islamiah, madrasah Al-Maarif Al-Islamiah, madrasah Alsagoff Al-Islamiah, madrasah Aljunied Al-Islamiah, madrasah Al-Arabiah Al-Islamiah, dan madrasah Wak Tanjong Waktu penyelenggaraan belajar mengajar dimulai dari pukul hingga Lama waktu ini juga berlaku di sekolah-sekolah umum dan non-madrasah. Agar tidak ketinggalan dengan kemajuan teknologi, maka di setiap madrasah dibangun laboratorium komputer dan internet, serta sistem pendukung pendidikan audio converence. Selain dilengkapi fasilitas internet, setiap madrasah juga mempunyai server tersendiri bagi pengembangan pendidikan modern. “Murid dibiasakan dengan teknologi, terutama teknologi internet. Setiap hari, mereka diberi waktu dua jam untuk aplikasi dan pemberdayaan internet,” jelas Mokson Mahori, Lc, guru di madrasah Al Junied Al Islamiyah. Sayangnya, pendidikan Islam baru ada dalam institusi TK hingga madrasah Aliyah SMU. Untuk perguruan tingginya hingga kini belum formal merupakan jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Sedangkan pendidikan informal meru-pakan jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Baca lebih lanjut dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20/2003 pasal 1 ayat 11, 12, Sebagai negara sekuler dengan penduduk berasal dari etnis dan agama beragam, pemerintah Singapura memberikan kebebasan kepada setiap warga negaranya untuk memeluk suatu agama dan bahkan untuk tidak ber-agama. Karena itu, di sekolah-sekolah milik pemerintah tidak diperkenankan mengajarkan agama. Sekolah bersifat netral, dan agama menjadi urusan pribadi pemeluknya. Hal ini sangat berbeda dengan Indonesia yang -meskipun bukan negara agama- menjadikan pendidikan agama sebagai salah satu mata pelajaran wajib dalam semua jenis, jalur dan jenjang Helmiati. Dinamika Islam Singapura Menelisik Pengalaman Minoritas Muslim di Negara Singapura yang Sekular & Multikultural. Toleransi, Vol. 5 No. 2 Juli – Desember 201319 com/news /singapore/ 2009/07/04/114/ islam-di-singapura-menuju-komunitas-muslim-yang-maju/. 84Pendi Susanto Perbandingan Pendidikan Islam di Asia TenggaraJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436 Manajemen yang sama juga diterapkan dalam pengelolaan masjid. Tidak seperti yang dipahami selama ini, bahwa masjid hanya sebatas tempat ibadah mahdhoh an sich shalat lima waktu dan shalat Jumat. Tetapi, masid di negeri sekuler ini, benar-benar berfungsi sebagaimana zaman Rasulullah, sebagai pusat kegiatan Islam. Saat ini di Singapura terdapat 70 masjid. Selain tempatnya yang sangat bersih dan indah, juga di ruas kanan dan kiri di setiap masjid terdapat ruangan-ruangan kelas untuk belajar agama dan kursus keterampilan. Berbagai disiplin ilmu agama diajarkan setiap siang dan sore hari. Kegiatan ceramah rohani usai juga diajarkan usai shalat shubuh atau maghrib. Aktivitas lainnya, diskusi berbagai masalah kontemporer dan keislaman. Diskusi ini biasanya diadakan oleh organisasi remaja di setiap masjid. Dewan pengurus setiap masjid juga menerbitkan media majalah dan buletin sebagai media dakwah dan ukhuwah sesama muslim. Berbeda dengan di negara lainnya, para pengurus masjid digaji khusus, dan memiliki ruangan pengurus eksekutif laiknya perkantoran modern. Keberadaan lembaga swadaya masyarakat Islam LSM juga tak kalah pentingnya dalam upaya menjadikan muslim dan komunitas Islam negeri itu potret yang maju dan progresif. Berbagai LSM Islam yang ada terbukti berperan penting dalam agenda-agenda riil masyarakat muslim. Saat ini, tidak kurang dari sepuluh LSM, di antaranya adalah Association of Muslim Professionals AMP, Kesatuan Guru-Guru Melayu Singapura KGMS, Muslim Converts Association Darul Arqam, Muhammadiyah, Muslim Missionary Soceity Singapore Jamiyah, Council for the Development of Singapore Muslim Community MENDAKI, National University Singapore NUS Muslim Society, Perdaus Persatuan dai dan ulama Singapura, Singapore Religious Teachers Association Pergas, Mercy Relief Center for Humanitarian, International Assembly of Islamic Studies IMPIAN, dan Lembaga Pendidikan Alquran Singapura LPQS. Seluruh lembaga dan sistem manajemen profesional ini ditujukan bukan saja pada terbentuknya kualitas muslim dan komunitas Islam yang maju, moderat dan progresif, tetapi juga potret yang mampu berkompetisi dan meningkatkan citra Islam di tengah pemandangan global yang kurang baik saat ini. Model demikian inilah yang kini terus diperjuangkan agar Islam yang rahmat menjelma dalam kehidupan masyarakat Singapura. Selain pendidikan agama Islam, siswa juga belajar tentang materi umum. Para siswa mempelajari agama Islam sementara mereka juga mempelajari materi-materi non Islam. Madrasah Al Irsyad Al Islamiah di Singapura menjadi contoh pendidikan Islam yang sejalan dengan dunia modern di negeri singa tersebut. 85Pendi Susanto Perbandingan Pendidikan Islam di Asia TenggaraJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436Madrasah Al Irsyad Al Islamiah sendiri memiliki total siswa 900 orang mulai dari tingkat dasar hingga menengah. Demi mengakomodasi kurikulum ganda, Islam dan nasional, sekolah memiliki waktu sekolah tiga jam lebih panjang dari pada sekolah umumnya. Madrasah Al Irsyad menempati urutan pertama dari enam madrasah yang ada di Negeri Singa tersebut. Selain menganut kurikulum modern, institusi pendidikan Islam tersebut juga memiliki titik utama sebagai Islamic Center dari Dewan Agama Islam Singapura, dewan penasihat yang memberi masukan kepada pemerintah perihal urusan menyangkut Muslim. Kurikulum yang dipakai di Madrasah Al Irsyad Al Islamiah memadukan materi pendidikan lokal dan internasional bernapas Islam dalam kegiatan belajar mengajar. Bahasa Inggris menjadi bahasa pengantar yang dominan, baik di dalam kelas maupun di laboratorium komputer, laboratorium ilmu pengetahuan, maupun Islam di Thailand Masuknya agama Islam ke Selatan Thailand Pattani tidak bisa dilepaskan dengan masuknya Islam ke Asia tenggara. Rentetan penyiaran Islam di Nusantara ini merupakan satu kesatuan dari mata rantai peroses Islamisasi di Nusantara. Hal ini tentu terkait dengan seputar pendapat yang menjelaskan tentang masuknya Islam ke Nusantara yang secara garis besar di bagi pada dua pendapat, yakni penadapat yang mengatakan Islam masuk ke wilayah ini pada abad ke tujuh Masehi dan langsung dari Arab dan pendapat lain mengatakan Islam masuk ke Nusantara pada abad ketiga belas Masehi berasal dari India. Sebagai bukti awal yang bisa ditunjukkkan tentang kedatangan Islam ke Pattani adalah pada tulisan bertarikh 4 Rajab tahun 702 H. bersamaan dengan 22 Februari 1387. Ada juga batu nisan di Champa yang bertarikh 1039, sedangkan di semenanjung Tanah Melayu ditemukan batu nisan seorang wali Allah keturunan Arab bertarikh 1029 419 H ditemukan di Pihan, Sejarah awal Pattani diperkirkan muncul pada tahun 1390. Raja Islam pertama Kerajaan Pattani adalah Sultan Isma’il Syah 1500-1530. Beliaulah peletak dasar kerajaan Melayu Islam Pattani. Sejak kemunculan Kerajaan Islam Pattani ini selalu saja terjadi perjuangan untuk melepaskan diri dari pengaruh Siam. Sultan Midzaffar Syah 1530-1564 pernah berupaya dua kali untuk menyerang dan menundukkkan kota Ayuthia ibu kota kerajaan Siam tapi gagal. Islamisasi di Pattani, banyak dikaitkan dengan usaha kerajaan Islam Samudra Pasai pada abad 20 Chapakia, Ahmad Omar. 2000. Politik Thai dan Masyarakat Islam di Selatan Thailand. Kedah Pustaka Darussalam, 1996. hlm. 6. 86Pendi Susanto Perbandingan Pendidikan Islam di Asia TenggaraJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436ke-12 dan 13 M yang telah begitu aktif melaksanakan dakwah Islam di kawasan ini. Raja Pattani yang pertama masuk Islam menggati namanya dengan Sultan Ismail Zilullah Fil Alam atau lebih dikenal dengan Sultan Isma’il Syah. Proses Islamisasi di Pattani tidak bisa dilepaskan dari peranan pendidikan. Pada tahap awal pendidikan informal sangat berperan, yaitu kontak informal antara mubaligh dengan rakyat setempat selanjutnya ditindak lanjuti dengan munculnya pendidikan non formal dan terakhir pendidikan formal. Pada tahap awal pendidikan Islam di kawasan Thailand Selatan dilaksanakan pendidikan al-Qur’an. Pengajian al-Qur’an adalah sesuatu yang mesti dipelajari oleh setiap muslim. Selanjutnya muncullah pendidikan Pondok. Pondok berposisi sebagai lembaga pendidikan yang amat penting di Thailand Selatan. Alumnus pondok memiliki posisi yang sangat penting dan memiliki peranan yang strategis di tengah-tengah masyarakat, mereka pemimpin masyarakat khususnya dalam bidang keagamaan menjadi imam, khotib bilal, menjadi ahli jawatan mesjid. Sama halnya dengan apa yang terjadi diberbagai negara tetangga Thailand lainnya seperti Indonesia dan Malaysia, maka di Thailand sistem pendidikan Pondok mengalami dinamika dan perubahan. Perubahan modernisasi itu terjadi disebabkan berbagai Faktor antara lain masuknya ide-ide pembaharuan ke sistem Islam di Thailand, khususnya Pattani, setelah perang dunia kedua timbul dinamika perubahan tersebut. Sistem pendidikan yang tidak tersetruktural tersebut berubah kepada sistem pengajaran yang tersetruktur. Dengan beberapa kebijaksanaan dan tekanan imperialis Thai terhadap masyarakat melayu Pattani mengakibatkan para cendikiawan dan beberapa ahli, berfikir keras untuk mempertahankan dan meningkatkan tarap kehidupan beragama di kalangan masyarakat Islam di Pattani. Pada tahun 1933 Haji Sulong mendirikan sekolah modren pertama di Pattani. Projek pembangunan sekolah Agama pertama di Pattani mulai dibangun pada penghujung tahun 1933 dengan jumlah dana 7200 disumbangkan oleh umat Muslim yang berada dikampung anak –Ru dan sekitarnya dengan diberi nama sekolahnya Madrasah Al- Ma’arif Al – Wathaniyah karena itu maka lembaga pendidikan Pondok secara bertahap berubah menjadi sekolah swasta Islam madrasah. Dinamika Pondok ini terjadi di Pattani terutama setelah pemerintah ikut serta untuk melaksanakan perubahan di Pondok, diantaranya adanya usaha memasukkkan mata pelajaran umum. Usaha itu pada mulanya mendapat tantangan 21 Calerm kiat Khunthongpech, Kan Taton Nayobai Ratthaban Nai Si Changwat Phaktai Khong Prathetthai Doikannam Khong H. Sulong Abd. Qadir , Mitraphap Patani,1997. hlm. 21. 87Pendi Susanto Perbandingan Pendidikan Islam di Asia TenggaraJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436dari kaum ulama, tetapi karena usaha yang serius dari pemerintah maka usaha tersebut berhasil. Pada saat sistem pendidikan Pondok di Thailand peroses pembelajarannya memiliki ciri-ciri a. Sistemnya dipengaruhi dengan sistem pendidikan abad pertengahan, yaitu halaqah, murid-murid duduk melingkari guru; b. Pendidikannya tidak memakai sistem klasikal nonklasikal; c. Pelajaran berpedoman pada kitab-kitab yang dibaca disebuah Halaqah terbuka dikenal namanya dengan sebutan balaisah, di baca tiga kali sehari; d. Para murid mencatat penjelasan dan komentar yang mereka dengar dari guru mereka; e. Pelajar-pelajar pemula belajar bersama dengan pelajar Senior tidak diklasifikasi berdasar latar belakang mereka; f. Tidak ada ujian dan tugas-tugas; g. Tidak ada batas lamanya study, seseorang bisa saja sampai bermukim sepuluh tahun diPondok tersebut. Materi pelajaran yang diutamakan di pondok adalah berdasarkan pada pembacaan dan pemahaman kitab-kitab klasik, baik dalam bahasa Arab maupun dalam bahasa Melayu tulisan Jawi. Ciri khas dari pengajaran pondok itu adalah “No syistem of education non fixed syilabus, Each proffesor tok guru is having his own method of teching and syllabu”. Di Pattani para pelajar Pondok disebut dengan panggilan Tok Pake yang berasal dari bahasa arab yang berarti orang yang sangat berhajat pada ilmu pengetahuan dan bimbingan agama. Tok guru adalah seorang ahli dalam ilmu agama, wara’, tawaddu’. biasanya sudah haji dan pernah tinggal di Mekkah atau negeri Timur Tengah Perubahan Pondok ke sistem pendidikan sekolah Islam swasta madrasah dengan menganut sistem persekolahan Madrasah di Thailand ini, membawa perubahan yang luar biasa bagi masyarakat Islam. Para lulusan sekolah Islam swasta madrasah itu dapat memilih kemana mereka ingin melanjutkan pelajarannya sesuai dengan minat dan perhatiannya. Apabila dia berminat dalam bidang Sains, maka dia dapat melanjutkan studi dalam bidang tersebut, begitu juga apabila dia lebih terkonsentrasi dalam bidang agama dan bahasa Arab, juga dapat direalisasikannya untuk melanjutkan studi kebidang tersebut. Banyak diantara lulusan sekolah Islam swasta ini yang melanjutkan studi ke College of Islamic studies, Prince of Songkla University dan dari situ banyak pula yang melanjutkan studinya ke Islamic International University Malaysia, Universitas kebangsaan Universitas Malaya, Universitas Karachi di Pakistan Aligarh muslim University di India dan School of Islamic and Social Seciences di Virginia Dua hal yang menyebabkan 22 Mohd Zamri A. Malek, Patani dalam Tamadun Melayu, Dewan Bahasa dan pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia, Kuala Lumpur,1994, hlm. 97. 88Pendi Susanto Perbandingan Pendidikan Islam di Asia TenggaraJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436terjadinya dinamika pembahuruan modernisasi dikalangan Pondok di Thailand Selatan. Pertama tuntutan kemajuan dan perubahan zaman. Kedua keikut sertaan Pemerintah Thailand untuk memasukkan mata pelajaran umum ke Pondok. Pondok-pondok yang telah berubah ini disebut dengan madrasah adapun yang menjadi perubahan dan pembaharuan modernisasi dalam pondok ini adalah Sistemnya, Kurikulum serta manajemennya. Sebagaimana yang telah penulis uraikan tentang ciri-ciri pondok maka pada Madrasah terdapat beberapa ciri antara lain a. Sistemnya klasikal, sistem madrasah ini berdasarkan kelas-kelas dan mempunyai jenjang pendidikan sesuai dengan tingkatan yang ditetapkan; b. Mempunyai kurikulum, silabus yang telah ditetapkan pokok- pokok bahasannya serta jadwal pelajaran; c. Diajar oleh tenaga pengajar yang memiliki spesialisasi dalam bidang mata pelajaran yang diajarkan di Madrasah tersebut; d. Diajarkan dua jenis ilmu pengetahuan, pengetahuan agama dan pengetahuan umum. Pada pagi hari jam 0800-1200. diajarkan ilmu-ilmu agama, dan sore hari pukul Pelajaran umum; e. Disamping tenaga pengajar, madrasah juga memerlukan tenaga administrasi yang akan menjalankan administrasi pembelajaran, diantara meraka diadakan pembahagian kerja ada bahagian akademik, ada keuangan dan lain sebagainya; f. Sistem manajeman tidak lagi terkonsentrasi pada satu orang sebagaimana di pondok terkonsentrasi kepada tok guru. Di madrasah sistem itu telah berubah kepada adanya pembahagian tangggung jawab sharing Patner antara pimpinan madrasah dan ciri kepemimpinnan yang seperti ini menjadikan lembaga pendidikan madrasah tersebut tidak lagi tertutup, tetapi lebih terbuka dan dapat memerima ide baru dan pemikiran baru yang datang dari luar; g. Karena mata pelajaran di madrasah diajarkan dengan bervariasi, adanya mata pelajaran agama dan umum, maka madrasah memerlukan pula beraneka ragam fasilitas pendidikan dan pengajaran, misalnya labolatorium bahasa, labolatorium komputer, labolatorium sains dan alat-alat olah raga. Sebagaimana telah di uraikan diatas bahwa sistem pendidikan di madrasah ini mamakai sistem klasikal, yakni ada tingkatan-tingkatan dan jenjang-jenjangnya, baik jenjang itu berdasarkan kelas maupun jenjang berdasarkan tingkatan sekolah. Institusi madrasah di Thailand dapat dibagi kepada tiga tingkatan Ibtidaiyah, mutawasithah, tsanawiyah. Lembaga pendidikan Islam yang ada di Thailand Selatan yakni Pattani terdapat 86 lembaga pendidikan Islam Modren. 97 lembaga pendidikan Tradisional. Di Yala terdapat 40 lembaga pendidikan Islam Modren dan 13 lembaga pendidikan Islam Tradisional. Di Narathiwat terdapat 42 lembaga pendidikan Islam Modren dan 49 lembaga pendidikan Pendidikan Islam Di Asia Tenggara 89Pendi Susanto Perbandingan Pendidikan Islam di Asia TenggaraJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia selalu ada barisan depan menyangkut pendidikan Islam. Jika dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia Tenggara, Indonesia mengalami kemajuan pesat dalam pendidikan Islam. Indonesia menerapkan Pendidikan Agama Islam juga menjadi pelajaran wajib di sekolah-sekolah dan universitas negeri sejak tahun 1960’an. Dan sistem pondok yang berjumlah lima juta santri. Para sarjana dan cendikiawan muslim telah secara aktif mengadakan diskusi-diskusi serius mengenai situasi pendidikan islam di sekolah-sekolah, akademi dan universitas. Mereka sangat prihatin karena tidak adanya keseragaman kurikulum; sikap yang berbeda-beda dari para rektor dan pengelola lembaga-lembaga pendidikan masing-masing; kurangnya guru yang dapat menguhubungkan pengatahuan agama dengan mata pelajaran lain seperti kedokteran, hukum, ekonomi; kurangnya penghargaan terhadap arti pendidikan islam. Pengarusutamaan pendidikan Islam menemukan momentum saat penerimaan pendidikan diniyah dan pesantren ke dalam sistem pendidikan nasional melalui UU Sisdiknas no 20 tahun 2003 dan turunannya Peraturan Pemerintah no 55 tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan. Regulasi ini menempatkan pendidikan Islam yang semula di pinggir ditarik ke tengah’ pusaran pendidikan nasional. Kedudukan madrasah setara dengan sekolah pada semua jenjang. Pesantren dan diniyah diakui sebagai bagian sistem pendidikan nasional. Konsekuensi dari hal ini adalah bargaining position kedua lembaga ini semakin kuat. Di Malaysia, kedudukan Islam telah banyak mengalami perbaikan sejak laporan Razak tahun 1956 menyarankan agar agama Islam diajarkan di sekolah nasional. Pelajaran agama Islam yang terdiri dari bahasa arab, syariat, ushuludin dan sejarah islam juga diberikan di pra-universitas yang lamanya dua tahun dengan kudukan sukarela. Pada tahun 1972 dibentuk bagian pendidikan agama yang mengurusi semua bidang pendidikan agama di sekolah-sekolah. Tujuanya meningkatkan pengajaran agama islam dan bahasa arab, mendidik guru-guru agama di institut keguruan islam, memperbaiki kurikulum, menyelenggarakan kegiatan-kegiatan dakwah sekolah, menyelengarakan musabakoh tilawatil qur’an di sekolah, dan mengurusi 13 buah madrasah. Keadaan Islam di Thailand mengenai pendidikan formal tidak tampak menggembirakan. Seperti muslim yang tinggal di propinsi selatan, Pattani, Setul, Yala, dan Narathiwat. Telah memperjuangkan kebebasan diri meraka dari kekuasaan pemerintah Thai. Dalam perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan Pattani, Pendidikan Islam tradisional yang berupa pondok telah menjadi tulang punggung identitas islam dan perlawanan islam terhadap pemerintah pusat. Namun pondok telah bertransformasi menjadi sekolah agama modern madrasah. Perkembangan 90Pendi Susanto Perbandingan Pendidikan Islam di Asia TenggaraJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436madrasah sangat pesat hingga pada tahun enam puluhan keatas harus memasukan dalam kurikulumnya mata pelajaran umum yang diwajibkan oleh penguasa, seperti bahasa Thai, matematika, sains, sejarah ilmu bumi, bahasa ingris, dll. Di sekolah-sekolah pemerintah di thailand setiap siswa, termasuk yang muslim harus belajar agama Budha sebagai pelajaran wajib. Sementara itu sekolah-sekolah islam tidak dapat bersaing dengan sekolah pemerintah dalam hal prospek pekerjaan di kemudian hari. Kualifikasi mereka tidak memungkinkan mereka untuk mendapat pekerjaan yang lebih baik di kantor-kantor pemerintah. Guru yang mengajar di madarsah biasanya lulusan perguruan tinggi timur tengah seperti halnya di Philipina bagian selatan dan biayanya dibayar dari uang sekolah yang dipungut dari siswa, sedang yang mengajar dipelajaran umum adalah pegawai negeri yang mempunyai gelar kesarjanaan. Realitas sosial ekonomi Singapura sekarang telah memaksa penduduk muslim untuk lebih mementingkan pendidikan umum, sehingga menyingkirkan pendidikan agama kebelakang. Kurangnya kurikulum yang sesuai standar dan tidak ada satu badan tunggal yang mempunyai wewenang untuk merencanakan silabus dan kurikulum serta membiayai madrasah menyebabkan madrasah tersebut tidak dapat memberikan pendidikan yang baik. Masalah pedidikan Islam di Singapura yang dirasakan oleh para pemimpim muslim baragam diantaranya tujuan pendidikan Islam dengan sistem pendidikan nasional belum tegas, tidak ada perguruan tinggi Islam, tidak ada kurikulum yang standar, tidak ada administrasi pendidikan Islam sentral, kurangnya dana dan status ekonomi guru agama, dll. Simpulan Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Islam di kawasan Asia Tenggara memiliki beberapa substansi yang sangat beragam. Di Indonesia, pendidikan Islam mengalami kemajuan pesat. Indonesia menerapkan Pendidikan Agama Islam juga menjadi pelajaran wajib di sekolah-sekolah dan universitas negeri sejak tahun 1960’an. Dan sistem pondok yang berjumlah lima juta santri. Para sarjana dan cendikiawan muslim telah secara aktif mengadakan diskusi-diskusi serius mengenai situasi pendidikan islam di sekolah-sekolah, akademi dan universitas. Pengarusutamaan pendidikan Islam menemukan momentum saat penerimaan diniyah dan pesantren ke dalam sistem pendidikan nasional melalui UU Sisdiknas no 20 tahun 2003 dan turunannya Peraturan Pemerintah no 55 tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan. Di Malaysia, kedudukan Pendidikan Islam banyak mengalami perbaikan sejak tahun 1956 dengan pendidikan agama Islam diajarkan di sekolah nasional dan juga dengan dibentuk bagian pendidikan agama yang mengurusi semua bidang pendidikan 91Pendi Susanto Perbandingan Pendidikan Islam di Asia TenggaraJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436agama di sekolah-sekolah. Tujuanya meningkatkan pengajaran agama islam dan bahasa arab, mendidik guru-guru agama di institut keguruan islam, memperbaiki kurikulum, menyelenggarakan kegiatan-kegiatan dakwah sekolah, menyelengarakan musabaqoh tilawatil qur’an di sekolah. Thailand, khususnya di beberapa daerah seperti Pattani, Setul, Yala, dan Narathiwat Pendidikan Islam, dengan Pondok dan Madrasah menjadi tulang punggung identitas Islam dan perlawanan Islam terhadap pemerintah pusat. Pondok telah bertransformasi menjadi sekolah agama modern madrasah. Perkembangan madrasah sangat pesat dengan memasukan dalam kurikulumnya mata pelajaran umum yang diwajibkan oleh penguasa, seperti bahasa Thai, matematika, sains, sejarah ilmu bumi, bahasa ingris, dll. Sementara itu, kondisi berbeda Pendidikan Islam di Singapura, tujuan pendidikan Islam dengan sistem pendidikan nasional belum tegas, tidak ada perguruan tinggi Islam, tidak ada kurikulum yang standar, tidak ada administrasi pendidikan Islam sentral, kurangnya dana dan status ekonomi guru agama, dll. 92Pendi Susanto Perbandingan Pendidikan Islam di Asia TenggaraJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436RujukanAl-Abrasyi, M. Athiah, Dasar-dasar pokok Pendidikan Islam, Jakarta Bulan Bintang, Philip G. dan Salmi, Jamil. e Road to Academic Excellence. e International Bank for Reconstruction and Development/e World Bank dan Penerbit Salemba Humanika. Azyumardi, Islam di Asia Tenggara, Pengantar Pemikiran dalam Azyumardi Azra Ed., Persfektif Islam di Asia Tenggara, Jakarta Yayasan Obor, Anne, “Repelita V and Indonesia’s Medium-term Economic Strategy”, Prisma, edisi bahasa Inggris, No. 48, December, 1989Calerm Kiat Khunthongpech, Kan Taton Nayobai Ratthaban Nai Si Changwat Phaktai Khong Prathetthai Doikannam Khong H. Sulong Abd. Qadir , Mitraphap Pattani,1997. Chapakia, Ahmad Omar. Politik ai dan Masyarakat Islam di Selatan ailand, Kedah Pustaka Darussalam, 2000. Daulay, Haidar Putra, Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara, Jakarta Rineka Cipta, Zamaksyari, Relevansi Pesantren Pengembangan Ilmu di Masa Datang, dalam Majalah Pesantren Jakarta P3M, dkk, Panorama Pesantren dalam Cakrawala Modern, Jakarta, Diva Pustaka, 2004. Helmiati. Dinamika Islam Singapura Menelisik Pengalaman Minoritas Muslim di Negara Singapura yang Sekular & Multikultural, Toleransi, Vol. 5 No. 2 Juli – Desember 2013Mas’ud, Abdurrahman, Menggagas Format Pendidikan Nondikotomik, Humanisme Relegius Sebagai Paradigma Pendidikan Islam, Yogyakarta Gama Media, Zamri A. Malek, Pattani dalam Tamadun Melayu, Dewan Bahasa dan pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia, Kuala Lumpur, dkk., Desekularisasi Pemikiran Landasan Islami, Bandung Mizan, 1995. 93Pendi Susanto Perbandingan Pendidikan Islam di Asia TenggaraJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436Sasono, Adi, dkk., Solusi Islam Atas Problematika Umat, Jakarta Gema Insani, Muslih dan Aden Wijdan SZ, Pemikiran Islam dalam Peradaban Industrial Yogyakarta Aditya Media, Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia Jakarta Hida Karya Agung, /singapore/ 2009/07/04/114/ islam-di-singapura-menuju-komunitas-muslim-yang-maju/. ... Lembaga pendidikan Islam di Singapura, hanya terdapat pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dengan jenis dan jumlah yang terbatas. Adapun jenis lembaga pendidikan Islam terbagi dua, yaitu madrasah sepenuh masa full time dan madrasah separuh masa part time Mohammad Kosim, 2011;Pendi Susanto, 2015, dan satu jenis sekolah agama yaitu pengajian umum Islam awam. Nur Rauda, Azrin Ab Majid, Syed Muhd Khairuddin, 2014. ...... Pendidikan pola demikian, diberlakukan kepada pelajar Muslim yang menuntut ilmu di sekolah umum, agar mereka mengenal ajaran dasar Islam, karena sekolah umum di Singapura tidak mengajarkan mata pelajaran agama Pendi Susanto, 2015. Adapun untuk proses pembelajaran, menurut Ishomuddin 2017 dalam penelitiannya menyatakan bahwa model pembelajaran pendidikan Islam di Madrasah berdasarkan data pada beberapa masjid di Singapura; dominan masih menggunakan metode pola tradisional ceramah, baik pihak pengajar dan peserta didik merasa lebih cocok dan pas dengan metode tersebut, karena dianggap lebih tepat memberikan pengetahuan Islam dibandingakan medote yang lain. ...... Di beberapa sudut masjid terdapat ruangan kelas yang diberlakukan untuk belajar agama dan kursus keterampilan setiap siang dan sore hari, serta kegaiatan ceramah rohani setelah pelaksanaan sholat subuh dan maghrib. Sehingga pengelola dan pengurus masjid digaji khusus, dan memiliki ruangan khusus sebagai kantor modern Pendi, 2015 Model dikotomis, lebih menekankan kepada pendidikan yang bersifat ukhrawi yang terpisah dengan kehidupan duniawi, atau aspek kehidupan rohani yang terpisah dengan kehidupan jasmani. Sehingga, sains ilmu pengetahuan dianggap terpisah dari agama, karena model ini lebih menekankan kepada pendalaman al-'ulum al diniyah yang merupakan jalan pintas untuk menuju akhirat. ...Membahas secara komprehensif ihwal pendidikan Islam mulai dari tataran filosofis sampai praktis.... Islamic education has the concept that education must be tethered to the strength of the creed. Islamic education took place as a main channel of Malay peninsula Islamization in seventh-eighth centuries AD, and from the perspective of the people, Islamic education was a process of socialization, namely the promotion of values, science and skills in life Anshari et al., 2016;Susanto, 2015. ...... There were studies on the Islamization process in Malay Peninsula. Researches conducted by Susanto 2015, Ja'far 2015, and Hamid 2017 revealed that Islamic education in the Southeast Asia had existed since the advent of Islam itself and had even become the cause of Islamization in the Southeast Asia. Complementarily, Amin & Ananda 2018 stated that Islamization in the Malay Peninsula occurred in the seventh century AD by peaceful means through trade and Sufi activities. ...Nurbaiti NurbaitiMundzier Suparta Muhammad AzwarThis study aimed to discuss the role of Islamization channels in the process of entry and spread of Islam in Malay Peninsula in seventh to eighth century AD. The research used qualitative method with a descriptive analytical approach. By taking data through interview, journals and textbooks, then conducting a description and analysis of the data, the results showed that the process of Islamization in Malay Peninsula in seventh to eighth centuries AD was carried out through several channels, namely trade, marriage, Sufi, politics, education, and arts. The study also showed that Islamic education functioned as the main channel in the process of Islamization. The role of Islamic education was mainly enhancing Muslims’ understanding about Islam which was implemented informally and non-formally. Informal education occurred through the interaction between the ulama and community carrying out everyday lives; while, nonformal education was conducted by holding learning activities in the mosque through small groups known as halaqah. The study concluded that Islamic education was the main channel of the Islamization process in Malay Peninsula.... Selain menyediakan, lembaga juga menjaga dan memelihara sarana prasarana yang telah dimiliki. Susanto 2015 Dalam menunjang penerapan integrasi nilai-nilai Islam dalam pendidikan sains ini dibutuhkan sarana dan prasarana yang sesuai dengan kebutuhan. Umumnya, kurikulum yang didesain tidak klop dengan sarana prasarana yang ada. ... Akhtim WahyuniIslam and science are an inseparable unity. Islam as a religion is a source of knowledge and knowledge is a means to apply everything contained in religious teachings. In the Qur'an, there are around 750 verses related to science. This shows that Islam places great emphasis on the development of science. But what happens, these two things are pushed aside from each other, resulting in a dichotomy of knowledge that enters all aspects of life. The awareness to restore the position of Islam and science began to be rolled back by Muslim thinkers by integrating the two. In educational institutions, the integration of Islamic and science values is strengthened through an "integrated curriculum", which is "bringing together several scientific disciplines in a learning design to obtain better learning outcomes with the ability of students to connect one subject to another. Among the integration concepts offered are "shared, Webbed, and integrated." In addition to curriculum integration, components that need to be considered are improving the quality of human resources and educational SupaatMoh. InamiIAIN KudusAs a subsystem in national education system, Islamic education system plays a strategic role in the nationâ€TMs intellectual life as well as its character building. Islamic boarding school education system, as one of the varieties of Isl amic educational institutions, is the pioneer and prototype in the holistic human development, that is, noble character. In the context of nation and state, Islamic boarding schools have been proven to play an active role in firmly upholding and defending the Unitary State of the Republic of Indonesia NKRI, and they have been at the frontline to fight against the Dutch colonialists long time before Indonesia gained its independence up to nowadays. However, during the previous decades, a number of Islamic boarding schools have gone through nationalist-related distortions. Al-Muâ€TMmin Ngruki Islamic Boarding School is a manifestation of radical stigma that breeds anti-NKRI terrorists. This field research employed a qualitative approach called phenomenology, aiming to describe the dynamics of Islamic education at Al-Mumin Ngruki Islamic Boarding School. The data were collected using in- depth interviews, participant observation, and documentation studies. The results suggested that the existence of Ngruki Islamic Boarding School as a boarding school is closely related to the internalization of Islamic educational values going through a series of dynamics; during the early period, which was very firm and rigid in interpreting Islam, the middle period, which slowly turned into egalitarian, and the modern period, which promotes a moderate mindset in carrying out the institutional functions to an egalitarian and proportional global MawardiThis article aims to outline the integration of the education system in Haji Harun School Muang, Yala-Thailand. This research is a type of field research that is qualitative-descriptive with a case study approach. Data collection techniques use interviews, observation, and documentation. Based on the research, Haji Harun School has a different curriculum between the religious education curriculum and the academic education curriculum. The student did the studying process five days per week, namely Sunday to Thursday with effective learning time from local time religious education and local time academic education. There are several implications that occur from the implementation of integrated education system in Southern Thailand on Islamic education, among others; reduction of time for religious education, low attention of religious education Islam from the government, acceleration of religious education programs, the public’s view of religious education is normal, academic education is more popular than religious education. However, this is not an obstacle for the Haji Harun School to implement the two education systems. So, the school can be developed and become one of the leading schools in Patani, Thailand. Muhammad Anggung Manumanoso PrasetyoRealitas sosial ekonomi memaksa penduduk muslim untuk lebih mementingkan pendidikan umum, sehingga menyingkirkan pendidikan agama kebelakang. Masalah umum yang tergambar terbagi menjadi dua, pertama, pada kasus negara mayoritas berpenduduk muslim, pemerintah belum memahami bahwa inti pembangunan bangsa melalui pendidikan adalah pembangunan manusia itu sendiri sebagai cara sekaligus tujuan. Pembangunan pendidikan diperhatikan tanpa adanya sinergitas dari domain kesejahteraan rakyat, ekonomi, pertahanan dan keamanan. Kedua, pada negara minoritas, masalah yang dihadapi adalah kebijakan pemerintah yang protektif sehingga membatasi gerak lembaga pendidikan Islam dalam berinovasi. Perkembangan pendidikan ke arah positif harus dimulai dengan menciptakan sebuah pendekatan sistem dalam sektor pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar global. Karena pada dasarnya setiap sistem dibuat untuk menangani sesuatu yang rutin terjadi. Pendekatan sistem merupakan suatu filsafat tentang struktur yang mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan dalam sebuah organisasi dengan cara yang paling baik. Kesimpulan dari artikel ini adalah, bagi pemerintah, ada tiga domain strategi dan kebijakan pendidikan untuk membangun sistem pendidikan efektif, yaitu pertahanan dan keamanan, angkatan kerja produktif, dan output social yang positif. Sementara bagi lembaga pendidikan, strategi dilakukan dengan 1 pemilihan dan pengembangan produk; 2 efektivitas pembiayaan untuk keunggulan bersaing; 3 mengembangkan modal manusia; 4 moving, caring, dan innovating; 5 strategi pemasaran; dan 6 strategi aliansi, membangun jaringan kerja dengan sinergitas. Kata Kunci Manajemen Sistem, Pasar Output, Pendidikan IslamAlthough Singapore cannot be used as a model for global Islamic education, this country has quite several madrasahs. The Singapore government is also quite responsive in providing support for the continuation of Islamic education activities. This study aims to analyze the Islamic education system—madrasah management and curriculum in Singapore. Most importantly, this study identifies how the role of madrasahs in the Singapore education system is. The study in this paper is qualitative. This study uses library research, and the method of content analysis and constant comparative analysis becomes the first option of the writer. The results show that Singapore's Islamic Ugama Majlis MUIS plays a significant role in monitoring and managing the development of Islamic education in Singapore, which performs three types of Islamic education, Part-Time Education, Full Time Education, and Islamic Study Program for the Community. MUIS created a special curriculum by proposing the Singapore Islamic Education System SIES by introducing the ALIVE curriculum. The role and relevance of madrasahs cannot be underestimated or dismissed because the growing Muslim community and society will always need the right channels for real Islamic education regardless of how progressive or modern it is. This paper provides a broad view of madrasah in Singapore and looks at management, curriculum, and the role of article related to a character education model aims to link the orientation of intra-curricular activities and extra-curricular activities, which are typically conducted separately. In this context, the built model is not to reproduce what has been taught in intra-curricular activities, which leads to inefficiencies. It is also not as a substitution where extra-curricular activities replaced intra-curricular activities based on the assumption of distrust in the process of character formation in intra-curricular activities. The model in the form of extra-curricular activities has a role in strengthening character education efforts performed in intra-curricular activities. This rises within the Islamic studies subject and Tahfidz Quran extra-curricular activity. By building the spirit of character education, the model creates the Quran as the primary foundation to the life philosophy of Minangkabau people in West Sumatra, “Adat Basandi Syara, Syara Basandi Kitabullah.” This model is derived from the research conducted in two senior high schools SMAN 1 Padang Panjang and SMAN 1 Padang. The research uses qualitative methodology, and data are collected through observation, interview, and documentation. The results of the study are thematically analyzed in three main categories the reinforcement patterns of the curriculum of Islamic Studies through Tahfidz Quran activities; students’ efforts in memorizing the Quran; and the impacts of Tahfidz program initiation on students’ character. Helmiati HelmiatiThis article tries to study about how Muslim minority of Singapore have reconciled Islamic teachings with the unique challenges of their days. As we know, they live in a plural society, secular state, and globalised modern world. There are many challenges. Nevertheless, their experiences show how they practise Islam with relative ease; how they seek to harmonise religious teachings with their unique circumtances succesfully; and how they take care of the Islamic civilization well. Indeed, the external factors, such as the geopolitical situation and practice Islam. However, It shows that Islam remains compatible with any condition, including with the process of modernisation as long as the practice of the religion remains guided by its fundamental principles. Even, in the context of modernisation, Islam plays it’s role as spiritual bodyguard toward the bitterness of development. Further, Muslim Minority of Singapore’s experiences strengthen Gellner’s statement that “Islam is the great exception to secularization”. Anne BoothWhile world economic prospects are still uncertain, Indonesia enters the 1990s less dependent on price fluctuations of a few primary commodities than at any time this century. Repelita V makes it clear that the export diversification which has lessened dependence on the oil price must continue into the 1990s and beyond. It also emphasises the need for greater domestic tax effort, not only to replace revenues accruing from the oil company tax, but also to reduce reliance on foreign aid and borrowing as a source of development finance, and allow aid flows to be used for paying back interest and principal on existing foreign debt. -from AuthorDasar-dasar pokok Pendidikan IslamM Al-AbrasyiAthiahAl-Abrasyi, M. Athiah, Dasar-dasar pokok Pendidikan Islam, Jakarta Bulan Bintang, Road to Academic Excellence. The International Bank for Reconstruction and Development/The World Bank dan Penerbit Salemba HumanikaPhilip G AltbachJamil Dan SalmiAltbach, Philip G. dan Salmi, Jamil. The Road to Academic Excellence. The International Bank for Reconstruction and Development/The World Bank dan Penerbit Salemba Humanika. Pemikiran dalam Azyumardi AzraAzyumardi AzraIslam DiAsia TenggaraAzra, Azyumardi, Islam di Asia Tenggara, Pengantar Pemikiran dalam Azyumardi Azra Ed., Persfektif Islam di Asia Tenggara, Jakarta Yayasan Obor, Pendidikan Islam di Asia TenggaraHaidar DaulayPutraDaulay, Haidar Putra, Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara, Jakarta Rineka Cipta, Pesantren Pengembangan Ilmu di Masa Datang, dalam Majalah Pesantren Jakarta P3MZamaksyari DhofirDhofir, Zamaksyari, Relevansi Pesantren Pengembangan Ilmu di Masa Datang, dalam Majalah Pesantren Jakarta P3M, Pesantren dalam Cakrawala ModernDkk HaidariHaidari, dkk, Panorama Pesantren dalam Cakrawala Modern, Jakarta, Diva Pustaka, Format Pendidikan Nondikotomik, Humanisme Relegius Sebagai Paradigma Pendidikan IslamAbdurrahman Mas'udMas'ud, Abdurrahman, Menggagas Format Pendidikan Nondikotomik, Humanisme Relegius Sebagai Paradigma Pendidikan Islam, Yogyakarta Gama Media, Pemikiran Landasan IslamiA M SaefudinSaefudin, dkk., Desekularisasi Pemikiran Landasan Islami, Bandung Mizan, 1995.
madrasah yang berkembang di singapura ditunjukkan oleh nomor