Dr. Arrazy Hasyim, MA 10 Mei 2019 26431. Kitab Iḥya Ulūmiddin termasuk kitab terakhir dikarang oleh Hujjat al-Islam al-Ghazali (selanjutnya disebut al-Ghazali). Sesuai dengan arti dari judulnya, kitab Iḥya ditulis dengan tujuan menghidupkan kembali ilmu-ilmu agama dianggapnya sudah terkubur. Keistimewaan ini disebutkan dalam kitab Ihya' Ulumuddin oleh Imam al-Ghazali yang menjelaskan bahwa rupa Nabi Khidir memiliki banyak macamnya dengan tujuan menguji seseorang yang dikehendaki untuk ditemuinya apakah bisa menangkap kehadirannya atau tidak. Dalam suatu kesempatan, Khidir akan muncul dalam bentuk seperti orang miskin atau bahkan Imam adz-Dzahabi rahimahullah berkata: "Dalam kitab Ihyâ' Ulûmiddîn terdapat sejumlah (besar) hadits-hadits yang batil (palsu) dan banyak kebaikannya kalau saja kitab itu tidak memuat adab, ritual dan kezuhudan (model) orang-orang (yang mengaku) ahli hikmah dan ahli Tasawwuf yang menyimpang, kita memohon kepada Allâh Subhanahu wa Ta Dalam Ihya Ulumuddin juga disebutkan tujuan dari dimasukkanya tasawwuf melalui jalur fikih ini: جاء تصوير الكتاب بصور الفقه تلطفا في استدراج القلوب. "Kitab Ihya yang berisi ajaran-ajaran tasawwuf ini ditulis dengan menggunakan genre penulisan kitab fikih. Kitab ini berisi ajaran tentang Adab, ibadah, tauhid, akidah dan tasawuf yang sangat mendalam. Kitab ini merupakan hasil perenungan yang mendalam dari Imam Ghazali tentang berbagai hal, khususnya tentang pensucian hati. Kitab Ihya' Ulumuddin yang dilihat dari pe rspektif pemikiran Islam. Kajian kitab ini menjadi kitab wajib yang dipelajari bagi kalangan tasawuf dan ahlu sunnah wal jama'ah. vJCNf.

cerita sufi dalam kitab ihya ulumuddin